Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas menanjak di tengah melesunya tenaga dollar Amerika Serikat (AS). Komoditas logam mulia ini bahkan mencoba untuk kembali menembus level US$ 1.200 per ons troi setelah pekan lalu sempat terjerembap ke level terendah sepanjang tahun di level US$ 1.184 per ons troi.
Analis Global Kapital Investama Alwy Assegaf, tak memungkiri adanya potensi rebound pada harga emas dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari indikator Stochastic yang sudah mulai membentuk pola golden cross. Kedua indikator mengalami perpotongan yang mengarah ke atas. Begitu juga dengan indikator RSI yang mulai bergerak ke atas level 30 sehingga menunjukkan munculnya minat beli.
Meski demikian, secara tren keseluruhan, Alwy masih sangsi dengan kekuatan emas. Pasalnya, "Harga saat ini masih bergerak di bawah garis Moving Average (MA) 55 sehingga ini menunjukkan potensi bearish dalam jangka waktu menengah," kata Alwy, Selasa (21/8).
Sementara, untuk jangka pendek, harga memang sudah bergerak di atas MA 10 yang memberi sinyal bullish. Sedangkan MACD berada di area negatif namun mulai memberi sinyal divergen.
Untuk itu, Alwy berpendapat saat ini saatnya mencermati pergerakan harga emas hingga penutupan. Jika harga masih bertahan di atas US$ 1.198 per ons troi, kondisi bullish bagi emas akan terus berlanjut dalam jangka pendek. Sebaliknya, tren bearish masih menyelimuti harga emas jika harga ditutup bertengger di bawah US$ 1.190 per ons troi.
Alwy menyimpulkan, emas masih akan menikmati masa reboundnya dalam jangka pendek. "Tapi, untuk jangka menengah, rebound akan semakin tertahan," kata dia.
Untuk itu, ia memperkirakan besok, Kamis (23/8), harga emas bergerak dalam rentang US$ 1.184 - US$ 1.216 per ons troi dan memberi rekomendasi speculative buy untuk investor emas. Adapun, untuk sepekan ke depan, ia memproyeksi harga emas berada dalam kisaran US$ 1.173 - US$ 1.233 per ons troi. Untuk jangka panjang, Alwy memberi rekomendasi sell on strength untuk emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News