Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Masih sedikitnya proyek yang digarap PT Timah Tbk (TINS) di semester satu membuat realisasi belanja modal (capex) emiten ini tergolong kecil. Di enam bulan pertama tahun ini, TINS hanya menggunakan dana capex sekitar Rp 490 miliar.
Padahal, perusahaan pelat merah ini mengalokasikan capex hingga Rp 1,4 triliun. "Kami baru gunakan 35%," kata Abrun Abubakar, Sekretaris Perusahaan TINS, kepada KONTAN, kemarin (26/7).
TINS menggunakan dana tersebut untuk biaya tahap awal, beberapa proyek serta pengembangan usahanya. Seperti, penyelesaian proyek pembangunan bucket wheel dredges (BWD) tahap pertama. BWD termasuk alat produksi di pertambangan timah. Proyek ini berlokasi di Bangka-Belitung dan Riau.
Sebagai catatan, alokasi total dana untuk proyek ini mencapai Rp 480 miliar. BWD tahap pertama ditargetkan bisa selesai di 2012. Selain itu, TINS juga berencana menyelesaikan modifikasi kapal keruk (KK) menjadi BWD. Untuk penyelesaian proyek ini, TINS menganggarkan investasi sebesar Rp 40 miliar.
Proyek TINS lain yang menyedot dana cukup besar adalah pembangunan pabrik tin chemical tahap kedua. Buat hajatan itu, produsen timah ini akan menggelontorkan dana Rp 180 miliar. Nantinya, pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi timah sebesar 10.000 ton per tahun.
TINS pun tengah membuka empat unit tambang besar di Bangka-Belitung. Emiten pertambangan ini juga berniat memperbesar kapasitas galangan kapal dan mengganti alat-alat produksi. "Kebanyakan proyek-proyek ini akan mulai banyak bergulir di semester dua. Jadi kami akan mulai genjot penggunaan capex di sana," kata Abrun.
TINS juga masih terus bernegosiasi untuk mengakuisisi tambang batubara. Abrun menyebut, hingga saat ini belum ada kesepakatan dengan pihak manapun terkait rencana Timah masuk ke bisnis pertambangan batubara.
Perseroan ini melirik tambang batubara yang berada di Kalimantan dan Sumatera dengan kalori di atas 5.000 kilo kalori (kkal). Ada dua tambang yang tengah dijajaki di Sumatera Selatan. Total dana akuisisi kedua tambang ini mencapai US$ 70 juta.
Abrun mengakui TINS sudah sempat membuat perjanjian dengan beberapa pemilik tambang. Sayang, hasil tambang-tambang tersebut kurang memuaskan.
TINS juga memiliki fasilitas pinjaman siaga (standby loan) dengan plafon Rp 3 triliun dari perbankan. "Kami sudah memiliki pinjaman dari Bank Mandiri dan Bank Tokyo Mitsubishi," ujar Abrun. Dana ini bisa dicairkan untuk pendanaan akuisisi tersebut.
Di sisi lain, Abrun mengaku belum bisa membeberkan kinerja TINS di semester satu tahun ini. Pasalnya, saat ini perusahaan pelat merah ini tengah melakukan audit terbatas atas laporan keuangannya. TINS baru akan mengeluarkan laporan keuangan pada Agustus nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News