Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah jatuh tempo obligasi korporasi di semester II-2023 mencapai Rp 74,79 triliun atau lebih besar dibandingkan semester I 2023. Analis menilai potensi gagal bayar akan masih ada, meskipun terbilang kecil.
Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), jatuh tempo di sisa semester II 2023 berdasarkan peringkat paling dominan adalah peringkat AAA sebesar 41%, A sebanyak 29%, dan AA sebanyak 21%.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan rating memang menjadi salah satu cara untuk menilai potensi gagal bayar suatu obligasi. Namun, ia menyarankan investor juga perlu mengikuti laporan keuangan, serta historical dari penerbit.
Baca Juga: Obligasi Jatuh Tempo pada Semester II-2023 Didominasi Rating AAA
Sebab, rating tidak menjamin keberhasilan suatu emiten menyelesaikan kewajibannya. "Ada beberapa emiten yang di bawah A, seperti BBB, tapi mampu menyelesaikan dengan baik, sementara ada juga rating A tetapi gagal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (11/8).
Oleh sebab itu, ia menilai potensi gagal bayar masih akan tetap ada. Ramdhan mencermati, apalagi sejumlah emiten infrastruktur memang memiliki utang besar seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).
"Beberapa mengalami downgrade dan obligasi mereka banyak di pasar dan secara kebijakan memang emiten-emiten itu juga didorong untuk menerbitkan," katanya.
Di sisi lain, ekonomi makro Indonesia mengalami pertumbuhan. Oleh sebab itu, Ramdhan menilai bahwa untuk potensi gagal bayar di semester II ini masih terbilang kecil.
Sambungnya, semester II ini juga minat penerbitan obligasi korporasi dinilai masih tetap ada. Ia memperkirakan, setidaknya penerbitan hingga akhir tahun menyamai tahun lalu lantaran membutuhkan perusahaan pendanaan untuk pengembangan usaha maupun untuk refinancing.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Diperkirakan Tertahan Jelang Tahun Pemilu
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menambahkan seiring masih adanya kebutuhan pendanaan oleh perusahaan, maka minat penerbitan obligasi korporasi masih akan cukup marak. Terlebih jatuh tempo di semester II ini cukup besar mencapai Rp 70 triliun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang tahun berjalan ini realisasi emisi obligasi dan sukuk korporasi mencapai Rp 74,28 triliun dari 61 perusahaan. Realisasi tersebut hampir separuh dari realisasi setahun penuh pada 2022 yakni Rp156,33 triliun.
Fikri menilai, sejumlah sektor yang akan menerbitkan surat utang dari sektor-sektor yang pemulihan ekonominya sedang berlangsung. "Sehingga sektor manufaktur dan pariwisata bisa mendorong penerbitan obligasi. Selain itu ada juga dari sektor transportasi dan pergudangan," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News