kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio kas Sritex (SRIL) mengkhawatirkan, analis sarankan divestasi untuk bayar utang


Jumat, 23 April 2021 / 07:45 WIB
Rasio kas Sritex (SRIL) mengkhawatirkan, analis sarankan divestasi untuk bayar utang


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tekstil dan garmen terintegrasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tengah berjibaku untuk menyelesaikan utang-utangnya. Sebagaimana diketahui, emiten dengan kode saham SRIL ini masih dalam proses restrukturisasi pinjaman sindikasi US$ 350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022.

Di tengah proses restrukturisasi itu, sejumlah lembaga pemeringkat internasional memangkas rating Sritex dengan alasan peningkatan ketidakpastian dan risiko likuiditas. Bahkan, Sritex maupun perusahaan afiliasi dan sepengendalinya juga terus menerus terkena gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri Semarang. 

Menilik laporan keuangan Sritex per akhir Desember 2020, kemampuan Sritex untuk membayar utang jangka pendek dengan kas yang tersedia memang mengkhawatirkan. Hal itu terlihat dari kas setara kas Sritex yang hanya berjumlah US$ 187,64 juta, sedangkan utang jangka pendeknya mencapai US$ 398,35 juta.

Jumlah tersebut menunjukkan rasio kas (cash ratio) sebesar 47% atau 0,47 kali. "Rasio kas yang bagus di atas 100%. Di bawah itu kurang aman karena kemampuan untuk bayar utang jangka pendek tidak terpenuhi kalau di bawah 100%," ujar analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Baca Juga: Perusahaan afiliasi Sritex kembali terkena gugatan PKPU di PN Semarang

Pada tahun 2020, Sritex memang mencatatkan penambahan utang jangka pendek yang signifikan, yakni hingga 118,2% year on year (yoy), dari US$ 182,54 juta pada 2019 menjadi US$ 398,35 juta. Peningkatan itu seiring dengan bertambahnya utang bank jangka pendek Sritex hingga 310,6% yoy menjadi US$ 277,51 juta dari sebelumnya US$ 67,59 juta,

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, sejak awal, jumlah utang Sritex memang berisiko karena memiliki debt to equity ratio (DER) sebesar 3 kali. Akan tetapi, meskipun memiliki utang yang besar, mayoritas kewajiban tersebut bersifat jangka panjang. 

Baca Juga: Bos Sritex (SRIL) Iwan Lukminto Digugat PKPU oleh Bank QNB, Ini Penyebabnya

Masalah mulai timbul sejak pandemi Covid-19 memukul perekonomian dunia. Menurut Teguh, beberapa pelanggan telat membayar piutang usaha karena menghadapi kesulitan keuangan, mengingat gerai-gerai fesyen sempat harus tutup akibat lockdown.

"Untuk menutupnya dan demi membayar ke supplier bahan baku, Sritex mengambil utang bank jangka pendek sehingga terjadi kenaikan utang bank yang signifikan," kata Teguh. Sayangnya, permasalahan utang ini menjadi panjang karena sampai hari ini, industri tekstil dan fesyen masih tertekan.

Meskipun begitu, Teguh menilai, kondisi Sritex saat ini masih jauh dari kata kolaps. Sukarno juga berpendapat serupa. Pasalnya, rasio lancar alias current ratio (aset lancar dibanding utang jangka pendek) Sritex per Desember 2020 masih 288,96%. "Jadi masih ada kesempatan untuk perusahaan mengubah menjadi cash sehingga kemampuan bayar utang jangka pendeknya terpenuhi," ucap Sukarno. 

Menurut Teguh, Sritex akan sulit untuk memperoleh utang baru jika ingin menutupi utang-utang jangka pendek tersebut. "Selain masalah penurunan peringkat utangnya, Sritex juga sedang tersangkut kasus dugaan korupsi bantuan sosial di Kementerian Sosial. Bank pasti lebih hati-hati kalau mau kasih pinjaman," tutur Teguh. 

Baca Juga: Saat Berupaya Merestrukturisasi Utang, Sritex (SRIL) dan Tiga Anak Usaha Digugat PKPU

Teguh berpendapat, hal yang paling realistis dilakukan Sritex untuk melunasi utang-utangnya adalah dengan divestasi aset. "Aset Sritex ada banyak di Sukoharjo, Semarang, Boyolali, dan seterusnya. Tinggal pemiliknya mau melepas atau nggak," ujar Teguh.

Per akhir 2020, Sritex memiliki total aset mencapai US$ 1,85 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari aset lancar sebesar US$ 1,15 miliar dan aset tidak lancar US$ 700,94 juta.

Baca Juga: Restrukturisasi, Sritex (SRIL) minta penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×