Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dinilai masih positif, meskipun mengalami koreksi kinerja di kuartal I 2023. Tak ayal, analis memperkirakan kinerja keuangan emiten menara ini masih mampu bertumbuh tahun ini.
Sebagai pengingat, di kuartal I 2023 TBIG mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,61 Triliun, turun 1,44% secara tahunan (YoY). Sejalan dengan pendapatan, laba bersih merosot 20,05% menjadi Rp 332 miliar dari Rp 415,27 miliar.
Analis OCBC Sekuritas Kevin Jonathan Panjaitan memaparkan, penurunan pendapatan dari Indosat menjadi faktor utama di balik penurunan pendapatan TBIG. Meski begitu, TBIG mencatatkan rasio kolokasi (tenancy ratio) yang tertinggi di antara perusahaan sejenisnya.
Di tahun 2022, TBIG memiliki tenancy ratio sebesar 1,87. Sementara TOWR sebesar 1,81 dan MTEL sebesar 1,47.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Legendaris yang Dinilai Cocok untuk Investasi Jangka Panjang
Tahun ini, manajemen TBIG memiliki target kinerja konservatif dengan menargetkan pendapatan dan EBITDA minimal sama dengan pencapaian perusahaan di tahun 2022. Tahun lalu, pendapatan TBIG Rp 6,52 triliun dan EBITDA Rp 5,66 triliun.
"Meskipun demikian, kami masih memperkirakan pendapatan perusahaan akan tumbuh di tahun 2023, karena perusahaan telah menganggarkan belanja modal sebesar Rp 3 triliun," tulisnya dalam riset, Senin (5/6).
Belanja modal tersebut akan digunakan untuk menambah menara baru dan serat optik, yang merupakan sumber pertumbuhan pendapatan baru perusahaan. Kevin menilai, permintaan yang lebih tinggi dari layanan telekomunikasi yang dipengaruhi oleh perkembangan kebiasaan digital di Indonesia, juga akan mendorong permintaan layanan penyewaan menara.
OCBC pun memproyeksikan pendapatan TBIG tahun ini sebesar Rp 6,77 triliun dengan EBITDA Rp 5,88 triliun. Sementara untuk laba bersih diprediksi sebesar Rp 1,66 triliun.
Dihubungi terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menambahkan, TBIG juga rajin menerbitkan obligasi. Teranyar, emiten menara ini menuntaskan penerbitan Obligasi Berkelanjutan VI Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2023 senilai Rp 1,5 triliun.
Nafan berpandangan, hal tersebut akan semakin memampukan perseroan untuk berekspansi sehingga diperkirakan perseroan dapat mempertahankan kinerjanya, kendati mengalami koreksi di kuartal I kemarin. "Apalagi kebutuhan konektivitas nirkabel ke depan akan berkembang secara pesat," katanya.
Prospek perseroan juga didorong dari rendahnya tingkat risiko kredit. Ia menjelaskan, meskipun perseroan rajin menerbitkan surat utang tetapi debt equity ratio (DER) TBIG berhasil menyusut ke level 2,6 kali di kuartal I. Padahal, di tahun 2020 DER TBIG mencapai 6,5 kali.
Baca Juga: Pertahankan Dominasi Pasar, Kinerja Jangka Panjang Unilever (UNVR) Tetap Menjanjikan
Oleh sebab itu, Nafan menilai saham TBIG masih menarik diperhatikan. Ia pun merekomendasikan akumulasi TBIG dengan target harga Rp 2.300, melihat secara teknikal TBIG mulai membentuk fase bullish consolidation.
Sementara itu, Kevin merekomendasikan hold TBIG dengan target harga Rp 2.240.
"Sebab, saat ini sahamnya masih diperdagangkan dengan valuasi premium dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya meskipun memiliki jumlah penyewaan dan menara yang paling sedikit," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News