kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Punya fundamental oke, harga tembaga berpotensi tembus US$ 8.000 per metrik ton


Kamis, 22 Oktober 2020 / 18:12 WIB
Punya fundamental oke, harga tembaga berpotensi tembus US$ 8.000 per metrik ton
ILUSTRASI. Harga tembaga sudah naik 13,25% sejak awal tahun


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas tembaga terus meroket belakangan. Teranyar, pada Kamis (22/10), harga tembaga kontrak bergulir 3 bulanan di LME berada di US$ 6.992 per ton. Level ini merupakan level tertinggi bagi tembaga sejak Juli 2018 silam.

Harga tembaga sudah naik 13,25% sejak awal tahun. Harga logam industri ini pun telah melejit 51% dari level terendah tahun ini US$ 4.630 per metrik ton yang tercapai pada 23 Maret 2020.

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, secara fundamental komoditas tembaga memang diselimuti sentimen positif. Tak pelak kenaikan harganya terus terjadi, bahkan tidak mungkin masih akan terus berlanjut ke depan. Wahyu menyebut setidaknya terdapat tiga isu utama yang menopang tembaga.

Pertama adalah produksi tembaga yang menurun di tengah pandemi saat ini. Wahyu mengatakan, produsen tembaga terbesar yakni Peru dan Chile, sama-sama mengalami penurunan produksi yang drastis. Peru dilaporkan mencatatkan penurunan produksi hingga 23% sepanjang paruh pertama tahun ini. Sementara produksi Chile diproyeksikan pada tahun ini akan menyusut hingga 200.000 ton.

Baca Juga: Permintaan terus meningkat, laju bullish tembaga terus berlanjut

“Walau perusahaan tambang menerapkan berbagai strategi untuk mitigasi penyebaran virus corona, produksinya masih akan tetap turun, khususnya pada semester II-2020 dan awal tahun depan. Di saat produksi tengah turun, permintaan tembaga justru sedang naik belakangan ini,” jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (22/10).

Kedua, kenaikan permintaan China disebut Wahyu didorong oleh sektor manufaktur dan konstruksi yang sudah mulai beroperasi kembali. Bahkan, selepas masa pandemi, aktivitas pabrik di China pada Juni mengalami pertumbuhan yang tercepat sejak Desember tahun lalu. Pada Juni sendiri impor tembaga China mencapai 656,483 ton atau dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, kebijakan China dinilai Wahyu turut menjadi faktor yang mendorong tren positif tembaga berlanjut. Diproyeksikan, pengeluaran biaya infrastruktur pemerintah China akan mengalami kenaikan pada tahun ini. Bahkan, terdapat wacana penerbitan obligasi senilai 3,75 triliun yuan untuk pembiayaan program infrastruktur. Dus, tembaga yang diperlukan untuk infrastruktur akan mendapat sentimen positif karena potensi kenaikan permintaan.

Baca Juga: Harga tembaga di US$ 6.929,50, mendekati level tertinggi 28 bulan

Ketiga, kendaraan elektronik China juga akan semakin berkembang dan membuat kebutuhan akan tembaga semakin meningkat. Program Made in China 2025 yang dicanangkan untuk meningkatkan nilai produk buatan China diperkirakan akan mendorong tambahan penggunaan tembaga hingga 232.000 ton pada 2025 mendatang,” tambah Wahyu.

Oleh karena itu, Wahyu menyimpulkan, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang, juga secara fundamental, tembaga masih berpotensi untuk menguat. Terlebih lagi, harapan vaksin dan pemulihan ekonomi di berbagai negara lain semakin kuat. Pada akhirnya, seluruh sentimen ini akan menguntungkan tembaga ke depan.

“Jadi level US$ 7.500 per ton sangat mungkin diuji pada akhir tahun ini. Bahkan level US$ 8.000 pun berpotensi untuk ditembus, jika tidak terjadi pada akhir tahun, maka bisa ditembus pada awal tahun depan,” pungkas Wahyu.

Baca Juga: Pekan ketiga Oktober 2020, batubara dan nikel masih jadi komoditas juara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×