Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun pada tahun ini. Surat utang itu akan dirilis dengan skema Pembiayaan Infrastruktur Non-Anggaran Pemerintah (PINA).
Kelak, pendanaan ini lebih banyak ke project finance yang berasal dari utang perbankan dan mitra kerja. "Untuk obligasi kami memilih perpetual securities karena untuk relaksasi neraca keuangan," kata Direktur Keuangan PTPP Agus Purbianto kepada KONTAN, kemarin.
Manajemen enggan menyebutkan siapa calon investor yang tertarik membeli surat utang itu. "Investornya lokal maupun asing," ungkap Agus.
Berdasarkan catatan KONTAN, PTPP mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure 2017 Rp 21 triliun. Dari jumlah itu, sekitar Rp 14 triliun bersumber dari utang perbankan dan penerbitan obligasi. Sisanya Rp 7 triliun berasal dari ekuitas.
Tahun lalu, emiten konstruksi pelat merah ini mencatatkan kinerja memuaskan. Sepanjang 2016, PTPP meraih pendapatan Rp 16,4 triliun, atau tumbuh 15% year-on-year (yoy).
Kontribusi terbesar pendapatan PTPP berasal dari perolehan jasa konstruksi senilai Rp 11,8 triliun. Angka ini naik tipis 1,75% dibandingkan realisasi tahun 2015 yang sebesar Rp 11,6 triliun.
Pertumbuhan pendapatan di sektor ini memang terbilang kecil dibandingkan pertumbuhan pendapatan dari sektor lain. Oleh karena itu, tahun ini PTPP berupaya menggenjot pendapatan jasa konstruksi.
PTPP berupaya menggenjot proyek investasi yang menekankan ke sektor konstruksi. Sejatinya, prospek kinerja PTPP tahun ini relatif lebih baik karena menyimpan proyek carry over Rp 54 triliun.
Sektor EPC juga memberi kontribusi sebesar Rp 2,3 triliun pada pendapatan PTPP tahun lalu. Properti dan realti menyumbang Rp 2,1 triliun, pracetak dan peralatan masing-masing menyumbang Rp 53 miliar dan Rp 44 miliar.
Pencapaian pendapatan turut mendorong bottom line PTPP. Pada 2016, emiten ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 38% (yoy) menjadi Rp 1,02 triliun. Harga PTPP kemarin turun 2,51% menjadi Rp 3.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News