Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kondisi industri batubara yang lesu menuntut PT Bukit Asam Tbk (PTBA) harus kreatif mencari peluang baru. Caranya adalah dengan menjajaki pasar ekspor di luar importir terbesar seperti China dan India.
Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA mengatakan, PTBA tengah menjajaki ekspor batubara ke Pakistan dan beberapa negara Eropa seperti Spanyol. Dua kawasan ini diyakini PTBA memiliki potensi permintaan batubara yang tinggi seiring menjamurnya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di sana.
Penjajakan ke Vietnam dan Spanyol itu merupakan kelanjutan dari ekspansi pasar ekspor non-tradisional PTBA. "Kami memang terus mencari pasar baru sebagai strategi untuk diversifikasi dan meningkatkan penjualan," ungkap Joko kepada KONTAN, Kamis (12/12).
Akhir kuartal III 2013 lalu, PTBA mengekspor batubara ke Vietnam meski dalam jumlah sedikit. Kelak, PTBA berharap bisa mengekspor batubara 1 juta ton per tahun.
Selama ini, PTBA memang mengandalkan China, Taiwan dan India sebagai tujuan ekspor batubara. Taiwan menjadi pasar utama batubara PTBA dengan kontribusi 2,24 juta ton atau 36% dari total ekspor di kuartal III 2013 sebanyak 7,02 juta ton.
Kontributor kedua dari India sebanyak 1,85 juta ton atau 26% dari total ekspor. Sementara, China menyerap batubara 1,2 juta ton atau 17% dari total ekspor PTBA.
PTBA baru melayani ekspor ke tiga negara itu lantaran kapasitas pelabuhan yang terbatas. Pelabuhan di Lampung, misalnya, baru melayani distribusi batubara sebanyak 13 juta ton per tahun.
Tak hanya itu, pelabuhan PTBA juga hanya mampu menampung kapal pengangkut batubara berukuran kecil dengan bobot kurang dari 80.000 dead weight ton (DWT). Karena itu, PTBA memperluas pelabuhan di Lampung dan Palembang sejak tahun lalu.
PTBA menargetkan kapasitas distribusi pelabuhan di Lampung bisa menjadi 22 juta ton batubara di tahun depan. Tak hanya itu, pelabuhan di Lampung dan Palembang juga bakal bisa menampung kapal dengan bobot lebih besar, yaitu 150.000 DWT.
"Dengan kapasitas yang lebih besar, kami akan lebih leluasa untuk membuka pasar baru," terang Joko. Ini juga mendorong daya saing PTBA di mata pembeli dunia.
Pasalnya, biaya angkut di pelabuhan (freight on board) kapal besar hanya US$ 11 - US$ 12 per ton, lebih rendah dari kapal kecil yang bisa mencapai US$ 14 - US$ 15 per ton. PTBA berharap, dengan biaya angkut lebih kecil bisa memperkuat daya saing dengan produsen dari Australia.
Australia sudah berhasil menekan biaya angkut karena memiliki pelabuhan bongkar muat yang lebih luas. PTBA menargetkan, menjual batubara 25 juta ton di 2014, naik 21,36% dari tahun ini sebanyak 20,6 juta ton. Sekitar 45% dari target itu untuk pasar ekspor, sisanya untuk domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News