kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PTBA incar pinjaman baru US$ 420 Juta


Selasa, 31 Maret 2015 / 07:37 WIB
PTBA incar pinjaman baru US$ 420 Juta
ILUSTRASI. Untuk mendukung konektivitas kereta cepat Whoosh, KAI menyediakan layanan Kereta Api Feeder.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus menggeber proyek energi dan infrastruktur. Kali ini, emiten batubara milik pemerintah ini mematangkan rencana untuk ekspansi regional, dengan membangun pembangkit listrik di Myanmar dan Vietnam. PTBA akan mencari pendanaan eksternal dari pinjaman bank maupun obligasi.

Direktur Keuangan PTBA Achmad Sudarto mengatakan, perseroan berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kedua negara itu dengan kapasitas masing-masing 
2x100 Megawatt (MW). Nilai proyek PLTU per negara sekitar US$ 300 juta. Dus, total investasi sebesar US$ 600 juta.

Demi memuluskan rencana itu, tahun depan PTBA mencari pendanaan baru. Maklum, selama ini PTBA konsisten menggunakan skema project financing dengan komposisi pendanaan eksternal 70% dari total nilai proyek. 

Artinya, emiten ini akan mencari pendanaan eksternal sekitar US$ 420 juta untuk ekspansi itu. Sisa pendanaan akan berasal dari ekuitas perseroan yang mencapai Rp 4 triliun.

Pendanaan ini masih bisa dilakukan dari pinjaman perbankan maupun obligasi. "Kami memiliki ruang cukup lebar untuk mencari pinjaman perbankan," ujar Achmad, Senin (30/3). Dengan ekuitas  tinggi, PTBA memiliki kemampuan mencari pinjaman baru sampai US$ 1,5 miliar. 

Opsi obligasi juga menjadi incaran PTBA, karena pendanaan dari obligasi cukup mudah dibandingkan  penerbitan saham baru alias rights issue. PTBA juga belum berencana mencari tambahan dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN), seperti emiten BUMN lain.

Rencana ekspansi PTBA di Myanmar dan Vietnam memang sudah dijajaki dari tahun lalu. Kini proses itu memasuki tahap feasibility study. Jika tak ada aral melintang, dua proyek ini bisa mulai digarap pada 2016 dan komersial di 2019. 

Ekspansi regional di bisnis pembangkit listrik ini dibutuhkan, lantaran lima tahun ke depan produksi batubara PTBA mencapai 50 juta ton. "Karena itu, kami butuh captive market  jangka panjang. Kedua negara ini prospektif," jelas Achmad. Arandi Nugraha, Analis Bahana Securities dalam riset 19 Maret mengatakan, ekspansi PTBA di pembangkit listrik mendorong pendapatan. Senin (30/3), saham PTBA naik 1,9% ke Rp 10.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×