Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Andri Indradie
JAKARTA. Emiten batubara milik pemerintah, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), terus menggeber proyek-proyek energi dan infrastruktur. Kali ini, PTBA mematangkan rencananya berekspansi ke luar negeri dengan membangun pembangkit listrik di Myanmar dan Vietnam. Demi proyek itu, PTBA akan mencari pendanaan eksternal dari pinjaman perbankan maupun obligasi.
Direktur Keuangan PTBA, Achmad Sudarto, mengatakan, perseroan berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kedua negara itu berkapasitas masing-masing 2 x 100 Mega Watt (MW). Nilai proyek PLTU per negara sekitar US$ 300 juta. Dengan begitu, total investasi PTBA untuk ekspansi luar negerinya itu mencapai US$ 600 juta.
Achmad mengatakan, demi memuluskan rencana itu, tahun depan PTBA akan mencari pendanaan baru. Pasalnya, PTBA selama ini konsisten menggunakan skema project financing dengan komposisi pendanaan eksternal sebesar 70% dari total nilai proyek. Artinya, perseroan akan mencari pendanaan eksternal mencapai US$ 420 juta untuk ekspansi itu. Sisa pendanaan akan berasal dari ekuitas perseroan yang mencapai Rp 4 triliun.
"Pendanaan ini masih bisa dilakukan dari pinjaman perbankan maupun obligasi. Kami memiliki ruang cukup lebar untuk mencari pinjaman perbankan," ujarnya di Jakarta, Senin (30/3). Dengan ekuitas yang tinggi, PTBA memiliki kemampuan untuk mencari pinjaman baru sampai US$ 1,5 miliar.
Komersial 2019
Opsi obligasi juga menjadi incaran PTBA. Hal ini karena pendanaan dari obligasi cukup mudah dibandingkan dengan penerbitan saham baru alias rights issue. PTBA juga belum berencana mencari tambahan dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN) seperti emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang lain.
Rencana ekspansi PTBA di Myanmar dan Vietnam memang sudah dijajaki dari tahun lalu. Kini proses itu sudah memasuki tahap feasibility study. Jika tak ada aral melintang, dua proyek ini bisa mulai digarap pada tahun 2016 mendatang dan bisa komersil pada tahun 2019.
Ekspansi regional di bisnis pembangkit listrik ini memang dibutuhkan lantaran dalam lima tahun ke depan, produksi batubara PTBA akan mencapai 50 juta ton. "Karena itu, kami butuh captrive market untuk jangka panjang. Dan kedua negara ini sangat prospektif," jelasnya.
Dalam beberapa proyek PLTU, PTBA memang kerap mencari pinjaman perbankan. Belum lama ini, perseroan mengantongi pinjaman senilai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun untuk menggarap PLTU Banko Tengah dengan kapasitas 2 x 620 MW. Proyek yang disebut PLTU Sumsel 8 itu berlokasi di Mulut Tambang Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Pinjaman tersebut diperoleh melalui anak usahanya PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) dari The Export-Import Bank of China (CEXIM). Selain PLTU Sumsel 8, PTBA juga sudah menyelesaikan pembangunan PLTU Banjarsari 2 x 110 MW Di Mulut Tambang di Lahat Sumatera Selatan. Pada Kuartal II tahun ini, tenaga listrik yang dihasilkan bakal sudah tersambung dengan jaringan interkoneksi Sumatera bagian selatan milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Milawarma, Direktur Utama PTBA mengatakan, PLTU ini bisa memberi kontribusi ke pendapatan perseroan sebesar 5%. Sedangkan PLTU Peranap 1.000-1.200 MW di Mulut Tambang Indragiri Hulu Riau hasil kerjasama PTBA, PLN, dan Tenaga Behard dari Malaysia, saat ini, memasuki tahap penyelesaian feasibility study.
PTBA juga tengah mengikuti tender PLTU Sumsel 9 dan 10 berkapasitas total 1.800 MW. Nilai investasi proyek itu mencapai US$ 2,16 miliar. Jika PTBA memenangkan tender tersebut, perseroan juga akan mencari pendanaan baru dari pinjaman perbankan.
Arandi Nugraha, Analis Bahana Securities dalam risetnya 19 Maret lalu mengatakan, ekspansi PTBA di bisnis pembangkit listrik bisa mendorong pendapatannya. PTBA juga menjadi salah satu perusahaan yang mendapat insentif dari pemerintah karena menjual produknya di pasar lokal dan mendukung program infrastruktur pembangkit listrik Indonesia.
Dia memperkirakan, PTBA bisa mencapai penjualan Rp 14 triliun di tahun ini dengan laba bersih Rp 1,88 triliun. Arandi merekomendasikan "Hold" saham PTBA dengan target harga Rp 10.400 per saham. Pada perdagangan Senin (30/3), saham PTBA ditutup naik 1,9% ke level Rp 10.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News