Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) kian dekat untuk melebarkan sayap ke Myanmar. Produsen batubara milik pemerintah ini berencana menjadikan Myanmar sebagai salah satu basis pengembangan bisnis pembangkit listrik atawa power plant bertenaga batubara.
Konkretnya, PTBA bakal membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Myanmar berkapasitas total 600 megawatt (MW). Pembangunan PLTU rencananya dilakukan dalam dua tahap.
Pertama, PTBA membangun PLTU berkapasitas 2 X 100 MW terlebih dahulu. "Nilai investasinya sekitar US$ 320 juta," kata Milawarma, Direktur Utama PTBA, di Jakarta, Jumat (26/7). Setelah PLTU pertama selesai, PTBA bakal memulai pembangunan tahap kedua berkapasitas 2 X 200 MW. Proyek ekspansi PLTU di Myanmar tersebut tidak akan dilakukan PTBA sendirian.
PTBA mengklaim sudah sepakat untuk bermitra dengan salah satu perusahaan swasta di sana untuk mengembangkan bisnis PLTU tersebut. Kedua belah pihak kelak akan berbagi kepemilikan saham PLTU di Myanmar. "Porsi saham belum diputuskan, tapi kami minta mayoritas," terang Milawarma.
Sayang, manajemen PTBA enggan membeberkan lebih detail mengenai identitas mitra maupun skema kerjasama tersebut.
PTBA juga belum dapat menentukan kapan proyek PLTU itu akan dimulai secara definitif. Milawarma menjelaskan, PTBA tengah menyiapkan proposal penawaran yang ditujukan kepada kementerian energi Myanmar.
Ekspansi ke Vietnam
Ekspansi regional PTBA tidak terbatas ke Myanmar. PTBA juga tengah serius menjajaki ekspansi ke Vietnam. PTBA menilai prospek berbisnis di Vietnam terbilang bagus setidaknya dilihat dari dua sisi.
Vietnam, misalnya, sudah lazim menggunakan batubara produksi PTBA. "Batubara kami sudah cocok untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit listrik di sana," jelas Mi
lawarma.
Faktor geografis Vietnam juga menjadi nilai tambah. Saat ini, wilayah yang tengah membutuhkan suplai batubara banyak adalah Vietnam Selatan. Wilayah ini dekat dengan operasional PTBA di Indonesia.
Namun, rencana ekspansi ke Vietnam boleh dibilang baru sebatas wacana. PTBA baru mengemukakan ketertarikan ini ketika bertemu dengan wakil presiden Vietnam.
Imbasnya, PTBA belum menentukan bisnis yang bakal dibawa ke Vietnam apakah pertambangan batubara ataukah pembangkit listrik. Dalam beberapa tahun terakhir, PTBA memang gencar mengembangkan bisnis pembangkit listrik.
Kini setidaknya ada tiga proyek PLTU yang sedang digarap PTBA. Proyek PLTU pertama berada di Lahat, Sumatera Selatan, yang berkapasitas 2 X 110 MW. Pembangunan PLTU Lahat sudah 52% dan ditargetkan bisa mulai beroperasi pada kuartal III-2014. PTBA juga berencana menggarap proyek PLTU Banko Tengah di Tanjung Enim. PLTU ini berkapasitas 2 X 620 MW. PTBA tengah berusaha mencari pendanaan untuk membiayai pembangunan PLTU Banko Tengah.
Proyek PLTU ketiga PTBA berada di Peranap, Indragiri Hulu Riau yang berkapasitas 800-1.200 MW. Penggarapan proyek ini masih dalam tahap penyelesaian kajian penambangan untuk pasokan batubara.
Analis AAA Securities, Carrel Mulyana, menilai, strategi PTBA yang gencar membangun pembangkit listrik bermanfaat guna mengerem dampak negatif pelemahan harga batubara. "Tarif jual-beli listrik relatif stabil karena didasarkan pada kontrak, tidak seperti batubara yang lebih fluktuatif," kata Carrel.
Kendati begitu, pembangkit listrik tentunya hanya akan menjadi pendukung bisnis utama PTBA, yakni pertambangan batubara.
Jumat (26/7), harga saham PTBA turun 4,82% dan berakhir di level Rp 10.850 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News