kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PT Timah (TINS) berfokus menjaga profil keuangan


Kamis, 17 Juni 2021 / 08:05 WIB
PT Timah (TINS) berfokus menjaga profil keuangan


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Timah Tbk (TINS) diyakini masih cerah tahun ini. Buktinya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan peringkat single A untuk TINS dan merevisi outlook TINS dari semula negatif menjadi stabil.

Tahun ini, TINS akan berfokus salah satunya melunasi utang kredit modal kerja (KMK). Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan menyebut, target penurunan KMK minimal sekitar Rp 1,3 triliun. Pada kuartal pertama 2021, target tersebut telah terealisasi hampir Rp 1 triliun.

Selain menurunkan KMK, emiten pelat merah ini juga melakukan negosiasi dalam menurunkan tingkat suku bunga. “Sementara penurunan suku bunga rupiah diharapkan bisa turun di kisaran 1% dan telah dilakukan secara bertahap mulai kuartal pertama 2021,” terang Umar kepada Kontan.co.id.

Penurunan utang berbunga ini akan memperbaiki debt to equity ratio (DER) TINS. Per kuartal pertama, DER produsen timah ini berada di level 123,19%. Meski tidak menyebut angka pasti, Umar menyebut target DER ke depan akan lebih baik dari tiga bulan pertama 2021.

Baca Juga: Sebagian emiten BUMN tak bagi dividen tahun buku 2020, ini prospeknya menurut analis

Seiring dengan membaiknya harga timah, manajemen TINS memproyeksikan kinerja keuangan akan lebih baik daripada tahun lalu. Kuartal pertama 2021, TINS telah membukukan laba operasi sebesar Rp 131 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 10  miliar. Hal ini berbanding terbalik dari kerugian bersih Rp 412,85 miliar pada kuartal pertama 2020.

Meski sudah keluar dari jerat kerugian, pendapatan TINS masih turun 44,78% menjadi Rp 2,44 triliun. Sebelumnya, pendapatan TINS mencapai Rp 4,42 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Penurunan pendapatan TINS tidak terlepas dari penurunan volume produksi dan penjualan logam timah. Produksi logam timah pada kuartal pertama turun 63% menjadi 5.220 ton dan penjualan logam timah terkoreksi 66% menjadi 5.912 ton.

Baca Juga: Pefindo sematkan peringkat idA dan outlook stabil untuk Timah (TINS)

Produksi dan penjualan TINS yang menurun karena efek pandemi Covid-19 masih berlanjut sehingga mempengaruhi kinerja produksi di tiga bulan pertama 2021. Meski volume penjualan menurun, TINS mencatatkan kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) di tiga bulan pertama 2021.

Tercatat, ASP Timah per kuartal pertama 2021 sebesar US$ 24.968 per metrik ton. Harga jual ini naik 49,48% dari realisasi ASP per kuartal pertama 2020 yang hanya US$ 16.703 per MT.

Umar mengatakan, kenaikan harga jual rata-rata logam timah pada kuartal pertama disebabkan antara lain oleh ketatnya pasokan timah global. Kenaikan ASP juga dipicu oleh adanya peningkatan permintaan timah di industri solder.

TINS menargetkan penjualan logam timah sebanyak 31.000 ton pada tahun ini. Strategi yang dilakukan TINS antara lain memenuhi kebutuhan logam timah dalam negeri dan mengoptimalkan suplai logam di pasar Amerika, Eropa, dan Asia.

Baca Juga: Rekomendasi saham Timah (TINS) setelah mampu cetak laba di kuartal I 2021

Emiten yang berbasis di Bangka Belitung ini mengalokasikan belanja  modal atau capital expenditure (cepex) sebesar kurang lebih Rp 1,9 triliun di tahun 2021. Jumlah ini naik dari alokasi capex tahun lalu yang hanya Rp1,5 triliun.

Dalam riset yang dipublikasikan pada 10 Mei 2021, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo mempertahankan rekomendasi beli untuk  saham TINS dengan target harga yang lebih rendah yakni Rp 2.000. Risiko dari target harga yang lebih rendah tersebut yakni kenaikan harga timah, kinerja operasional yang lebih tinggi dari perkiraan, yang menghasilkan volume penjualan yang lebih tinggi serta efisiensi biaya yang lebih baik dari perkiraan.

Tahun ini, TINS diproyeksi bakal meraup pendapatan sebesar Rp 12,13 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 69 miliar. 

Baca Juga: Permintaan global naik, harga jual timah milik PT Timah (TINS) naik di kuartal I-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×