Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Produksi dan penjualan TINS yang menurun karena efek pandemi Covid-19 masih berlanjut sehingga mempengaruhi kinerja produksi di tiga bulan pertama 2021. Meski volume penjualan menurun, TINS mencatatkan kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) di tiga bulan pertama 2021.
Tercatat, ASP Timah per kuartal pertama 2021 sebesar US$ 24.968 per metrik ton. Harga jual ini naik 49,48% dari realisasi ASP per kuartal pertama 2020 yang hanya US$ 16.703 per MT.
Umar mengatakan, kenaikan harga jual rata-rata logam timah pada kuartal pertama disebabkan antara lain oleh ketatnya pasokan timah global. Kenaikan ASP juga dipicu oleh adanya peningkatan permintaan timah di industri solder.
TINS menargetkan penjualan logam timah sebanyak 31.000 ton pada tahun ini. Strategi yang dilakukan TINS antara lain memenuhi kebutuhan logam timah dalam negeri dan mengoptimalkan suplai logam di pasar Amerika, Eropa, dan Asia.
Baca Juga: Rekomendasi saham Timah (TINS) setelah mampu cetak laba di kuartal I 2021
Emiten yang berbasis di Bangka Belitung ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (cepex) sebesar kurang lebih Rp 1,9 triliun di tahun 2021. Jumlah ini naik dari alokasi capex tahun lalu yang hanya Rp1,5 triliun.
Dalam riset yang dipublikasikan pada 10 Mei 2021, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo mempertahankan rekomendasi beli untuk saham TINS dengan target harga yang lebih rendah yakni Rp 2.000. Risiko dari target harga yang lebih rendah tersebut yakni kenaikan harga timah, kinerja operasional yang lebih tinggi dari perkiraan, yang menghasilkan volume penjualan yang lebih tinggi serta efisiensi biaya yang lebih baik dari perkiraan.
Tahun ini, TINS diproyeksi bakal meraup pendapatan sebesar Rp 12,13 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 69 miliar.
Baca Juga: Permintaan global naik, harga jual timah milik PT Timah (TINS) naik di kuartal I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News