kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Proyeksi Penggunaan Dana IPO PGEO Dinilai Tidak Realistis


Minggu, 05 Maret 2023 / 23:18 WIB
Proyeksi Penggunaan Dana IPO PGEO Dinilai Tidak Realistis
ILUSTRASI. Proyeksi Penggunaan Dana IPO PGEO Dinilai Tidak Realistis


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah kalangan meminta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) untuk lebih realistis terkait dengan rencana penggunaan dana dan realisasi energi panas bumi. Dosen Teknik EBT Universitas Darma Persada, Riki F. Ibrahim, menekankan bahwa PGE harus memastikan pengeboran sumurnya tidak gagal.

Penggunaan dana sebesar Rp7,7 triliun atau 85% dari emisi IPO senilai Rp 9,05 triliun harus dihitung ulang, meskipun sudah ada rencana dan feasibility study terkait penambahan 600 MW di wilayah kerja panas bumi (WKP), seperti yang diungkap perseroan dalam prospektusnya.

Riki menjelaskan bahwa dalam praktik terbaik sebelumnya, tiap 1 MW dari PLTP membutuhkan nilai investasi sekitar US$5 juta, dan angka ini hanya untuk penyediaan energi primer, turbin, dan generator hingga menghasilkan listrik, belum termasuk biaya pembebasan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan ulang.

Baca Juga: Ada yang Turun 69%, Ini Nasib Saham-Saham Baru Melantai di BEI

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyebut bahwa rata-rata investasi untuk pembangkit panas bumi berada pada kisaran US$5-7 juta per MW.

Sebelumnya, Menteri BUMN periode 2011-2014, Dahlan Iskan, menulis bahwa 4 dari 10 sumur panas bumi yang dibor itu biasanya "kosong". Dengan kata lain, potensi kegagalannya mencapai 40 persen.

Dalam perhitungan Riki, jika 1 MW membutuhkan sekitar Rp75 miliar, maka uang hasil IPO yang ditargetkan untuk mencapai 600 MW sangat tidak masuk akal. Jika dibagi antara Rp7,7 triliun dengan biaya investasi 1 MW sebesar Rp75 miliar, maka hanya akan didapat 102 MW saja.

Riki menekankan bahwa masih ada risiko berupa kegagalan yang mengintai saat pengeboran untuk mendapatkan panas bumi. PGE harus dapat memaksimalkan tingkat kesuksesan pengeboran sumur panas bumi dengan potensi kegagalan 30 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan praktik terbaik di masa lalu yang potensi gagalnya sangat tinggi.

Baca Juga: Waspadai Risiko Tinggi Berinvestasi pada Saham-Saham yang Baru IPO di BEI

PGE menyadari bahwa industri panas bumi tidak memiliki metodologi yang dibakukan sebagai standar tunggal secara internasional mengenai cara data cadangan sumber daya panas bumi diperkirakan, dicatat, dan disertifikasi. Oleh sebab itu, penentuan cadangan sumber daya panas bumi merupakan kegiatan yang bersifat probabilistik dan ada kemungkinan gagal sehingga tidak terdapat jaminan bahwa data cadangan sumber daya panas bumi itu dapat mencerminkan hasil aktual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×