Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) memperkirakan perolehan laba bersih tahun ini bisa mencapai Rp 1 triliun. Proyeksi itu tak jauh berbeda dari laba bersih STAA tahun lalu yang senilai Rp 1,07 triliun.
Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin mengatakan, perolehan laba akan tergantung dari pergerakan harga crude palm oil (CPO).
"Kami membuat target berdasarkan asumsi harga. Kalau selisih harga tidak jauh dari apa yang dianggarkan, kami berharap target Rp 1 triliun dapat dicapai," ujar Lim, Jum'at (15/7).
Lim pun optimistis harga CPO masih bisa menguat, sehingga selisihnya tidak akan berbeda jauh dibandingkan tahun lalu. Keyakinan Lim terhadap pergerakan harga CPO disokong peningkatan program biodiesel ke B35 atau B40 yang rencananya akan diterapkan pemerintah dalam waktu dekat ini.
Pasalnya, peningkatan B30 ke B35 atau B40 nantinya bakal mendongkrak penggunaan minyak sawit sekitar 5%-10%.
"Kami yakin harga CPO akan dapat disokong oleh permintaan yang kuat, sehingga harga tetap bisa bertahan di level yang tinggi," ujar Lim.
Baca Juga: Laba Diproyeksi Melesat, Berikut Rekomendasi Saham Vale (INCO)
Hingga periode kuartal pertama 2022, kinerja STAA menunjukkan pertumbuhan. Lim membeberkan, STAA mencetak pendapatan Rp 1,63 triliun atau naik 44,24% dari periode yang sama tahun lalu. Laba bersih yang berhasil diraih sebesar Rp 432,39 miliar, melesat 155% secara tahuanan dari posisi Rp 169,67 miliar.
Adapun penjualan terbesar di Q1-2022 masih berasal dari produk minyak sawit dengan nilai Rp 1,31 triliun atau 80,36% dari total pendapatan. Sisanya disumbangkan oleh inti sawit, Tandan Buah Segar (TBS), bungkil sawit, dan ampas sawit.
Penjualan ke pasar lokal masih mendominasi dengan nilai mencapai Rp 1,61 triliun, sisanya Rp 22,54 miliar untuk pasar ekspor. Secara persentase, sekitar 99% profil pemasaran STAA berada di pasar lokal.
Direktur Utama STAA Mosfly Ang menambahkan dari sisi operasional, Sumber Tani Agung memiliki profil tanaman dengan usia prima yang dominan, sehingga memungkinkan untuk mengejar kenaikan produksi. Produk TBS internal rata-rata naik 12% secara year on year (YoY).
"Sehingga ekspektasi di tahun ini, tanaman produksi internal kami juga akan mengalami kenaikan sebesar 12% yang menjadi target dari internal CPO kami," ujar Mosfly.
STAA juga akan mengembangkan hilirisasi sehingga memberikan nilai tambah dari produk baru dan terjadi diversifikasi basis pelanggan. STAA telah melakukan hilirisasi usaha ke industri pabrik pengolahan inti sawit, pabrik ekstraksi ampas inti sawit dan juga segera membangun industri pabrik minyak goreng.
Di bidang pemasaran, STAA akan meningkatkan kinerja bisnis hulu (upstream) dan ekspansi di bisnis hilir (downstream) melalui pembangunan refinery berkapasitas 2.000 metrik ton CPO per hari. Bersamaan dengan pembangunan fasilitas dermaga dan tangki timbun berkapasitas 35.000 metrik ton yang ditarget akan selesai pada Oktober 2023.
Guna memuluskan rencana kerjanya di tahun ini, STAA menganggarkan belanja modal (capex) sekitar Rp 692 miliar. Capex akan dialokasikan untuk kebutuhan refinery, pembelian aset tetap perkebunan dan juga pabrik kelapa sawit.
STAA pun telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Jum'at (15/7). Para pemegang saham menyetujui pengesahan dan penetapan penggunaan laba bersih tahun buku 2021 yang senilai Rp 1,08 triliun.
Dalam agenda tersebut, para pemegang saham STAA juga menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 359,03 miliar. Terdiri dari Rp 250 miliar sebagai dividen interim yang sudah dibagikan kepada para pemegang saham sebelum melakukan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO).
Kemudian, Rp 109,03 miliar atau setara dengan Rp 10 per lembar saham dibagikan sebagai dividen tunai. Mosfly Ang mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen membagikan dividen kepada para pemegang saham sesuai dengan komitmen saar pertama kali tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia pada 10 Maret 2022.
"Setelah IPO, kami berencana membagikan dividen kas kepada pemagang saham di kisaran 30% dari laba bersih dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan keuangan kami dan tanpa mengurangi hak dari RUPS untuk menentukan lain sesuai anggaran dasar," ujar Mosfly.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten-Emiten yang Akan Buyback Saham Ini
Rekomendasi Saham
Saham STAA pun masih cenderung bergerak di zona hijau. Dalam tiga bulan terakhir, saham STAA naik 66,67%. Pada perdagangan Jum'at (15/7), saham STAA masih menguat 6% ke level harga Rp 1.325.
Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti memandang bisnis STAA masih prospektif pada semester ini. Kebijakan ekspor dan harga acuan CPO yang cenderung menurun tidak berimbas terlalu signifikan bagi STAA yang penjualan ekspornya berporsi mini.
"Kebutuhan dalam negeri masih akan mendorong kinerja keuangan STAA ke depannya," kata Desy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (17/7).
Meski begitu, Desy punya catatan. Sebab, tantangan yang dihadapi STAA akan berasal dari beban operasional yang meningkat, seperti pada tingginya harga pupuk. Oleh sebab itu, tantangan yang harus dihadapi tidak hanya mendongkrak penjualan, tapi juga strategi efisiensi yang efektif.
Dengan harga saham yang sudah naik cukup tinggi, pelaku pasar disarankan untuk hold STAA terlebih dulu. Apalagi, ada potensi kenaikan harga setelah pengumuman pembagian dividen.
"Kalau dilihat dari tren, saham STAA sedang mengalami kenaikan. Apalagi setelah persetujuan akan bagi dividen. Tapi investor perlu mewaspadai potensi penurunan harga saham setelah periode cum," kata Desy.
Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menganalisa, penutupan STAA tepat berada di area resistance-nya dan masih berada di atas MA20. Selama STAA masih mampu bergerak di atas level support-nya, maka Herditya memperkirakan STAA masih berpeluang menguat kembali.
"Tampak dari indikator MACD yang berpeluang goldencross dan Stochastic yang masih menunjukkan penguatan," jelas Herditya.
Dia pun memberikan rekomendasi trading buy terhadap saham STAA dengan mencermati area support pada Rp 1.215 dan resistance di Rp 1.330.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Analis untuk Saham Emiten Logam Industri Berikut Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News