Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi proyek light rail transit (LRT) Jabodetabek dikabarkan membengkak dari Rp 27 triliun menjadi Rp 31 triliun. Padahal, tambahan investasi proyek ini sebelumnya diperkirakan paling besar hanya Rp 1,5 triliun.
Meski demikian, hal ini tidak menjadi sentimen negatif, terutama dari sisi persediaan dana PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
"Karena yang naik itu sisi sarananya, bukan infrastruktur," ujar Haris Gunawan, Direktur Keuangan ADHI kepada KONTAN, Selasa (21/11).
Sebagaimana diketahui, membengkaknya investasi itu lantaran adanya perubahan pada teknologi sinyal kereta menjadi moving block. Adapun, moving block adalah sistem di mana sinyal rel kereta diatur melalui komputerisasi.
Namun, di satu sisi, pembayaran dari PT KAI kepada ADHI atas pengerjaan proyek LRT dilakukan dengan menggunakan termin tertentu. Sejak awal tahun, ADHI setidaknya telah mengeluarkan dana lebih dari Rp 4 triliun.
Masih ada kebutuhan sekitar Rp 1 triliun lagi hingga akhir tahun nanti. Total dana ini yang akan dibayar KAI pada Desember nanti.
ADHI saat ini tengah membahas skema pembayaran untuk tahun depan. Ada dua opsi yang dipertimbangkan, apakah pembayaran dari KAI dilakukan setiap bulan atau setiap enam bulan berdasarkan perkembangan pengerjaan proyek.
Bukan hanya moving blok. Jumlah stasiun pun rencananya juga akan ditambah. Semua pengerjaan ini merupakan bagian pengerjaan sarana yang menjadi tanggung jawab PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Sementara, ADHI fokus pada pengerjaan infrastruktur. Sehingga, Harris memastikan persediaan dana untuk proyek tersebut masih aman, tidak perlu mencari sumber pendanaan baru.
"Kapasitas kami Rp 28 triliun. Ini untuk LRT dan sejumlah rencana investasi kami. Masih cukup," jelas Haris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News