Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi mengakibatkan molornya megaproyek listrik 35.000 megawatt (MW). Proyek prestisius ini seharusnya rampung pada tahun lalu. Namun, target tersebut mundur menjadi tahun 2025 dan estimasi terakhir kembali molor menjadi tahun 2029 nanti.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, mangkraknya proyek pembangkit listrik ini menyebabkan respons pasar terhadap saham emiten-emiten kabel menurun. Ia melanjutkan, awalnya proyek listrik 35.000 MW melahirkan ekspektasi yang tinggi dari pelaku pasar terhadap saham emiten kabel. “Tetapi, karena tidak terealisasi juga setelah sekian lama, mereka bisa melepas saham-saham kabel dan beralih ke sektor lain,” ujar William kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Proyek listrik 35.000 MW molor, emiten kabel harus diversifikasi ke pelanggan swasta
Memang, melansir RTI, saham-saham emiten kabel memberikan turun secara year-to-date (ytd). Saham PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI) misalnya, secara ytd sudah turun 12,00%. Saham PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM) pun telah tergerus 17,76% secara ytd.
Saham emiten lain yang juga mengalami penurunan secara year-to-date adalah PT Voksel Electric Tbk (VOKS) yang turun 20,40%, saham PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) yang turun 7,69%, dan saham PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO) yang turun tipis 0,82% secara year-to-date.
William pun merekomendasikan wait and see saham-saham emiten kabel. Menurut dia, sementara ini belum ada sentimen-sentimen yang membuat saham-saham emiten kabel menjadi menarik. “Sementara belum ada sentimen yang membuat saham-saham ini menarik, seperti kelanjutan program listrik 35.000 MW dan lain-lain yang dulunya pernah membuat saham-saham ini menarik,” sambung dia.
Baca Juga: Proyek listrik 35.000 MW molor, Kabelindo Murni (KBLM) perkuat sektor swasta
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai saham-saham emiten kabel masih memiliki prospek yang cukup baik sejalan dengan infrastruktur yang terus dikembangkan. Namun, dia tidak menampik bahwa molornya proyek listrik 35.000 MW ini dapat memberatkan kinerja emiten kabel.
Sukarno juga merekomendasikan wait and see saham-saham emiten kabel karena sedang mengalami tren penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News