Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target Pemerintah untuk merampungkan megaproyek pembangkit listrik 35.000 megawatt meleset. Target tersebut mundur menjadi tahun 2025 bahkan estimasi terakhir proyek prestisius ini kembali molor hingga tahun 2029 lantaran permintaan listrik yang tak setinggi harapan seiring pertumbuhan ekonomi yang melandai.
Menanggapi hal ini, Direktur Independen PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM) Petrus Nugroho tidak menampik molornya megaproyek ini tentunya berdampak pada kinerja KBLM sebagai emiten kabel.
Baca Juga: Tender kabel PLN mundur, jadi batu sandungan industri kabel di tahun 2019 lalu
Petrus mengaku, dalam jangka pendek sebenarnya permintaan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga sedang menurun.
“Jadi, secara jangka pendek kami upayakan untuk terus mengikuti tender terpusat/distribusi maupun tender per wilayah/proyek,” terang Petrus kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2).
Petrus melanjutkan, dalam jangka panjang KBLM juga akan memperkuat permintaan dari sektor swasta.
Tahun ini, ia menargetkan penjualan terhadap PLN berkontribusi 30% terhadap penjualan total KBLM. Jumlah ini sama dengan estimasi tahun lalu.
KBLM belum berencana untuk merevisi target penjualan kepada PLN. Namun, Petrus masih akan menunggu setidaknya hingga akhir semester I-2020 terkait ada atau tidaknya revisi target ini.
Melansir laporan keuangan KBLM per 30 September 2019, emiten kabel ini mengantongi pendapatan hingga Rp 827,89 miliar atau naik 15,3% dibanding realisasi tahun lalu yang hanya Rp 717,56 miliar.
Sebanyak Rp 136,1 miliar atau 16,44% di antaranya berasal dari penjualan terhadap PLN. Jumlah ini turun dari kuartal III-2018 dimana penjualan kepada PLN mencapai Rp 158,16 miliar.
Untuk tahun ini, Petrus optimistis KBLM mampu membukukan pendapatan hingga Rp 1,2 triliun. Target ini cukup moderat karena sama dengan target pendapatan tahun 2019.
Baca Juga: Kabelindo Murni (KBLM) Revisi Target Pendapatan Jadi Rp 1,2 Triliun
Sebelumnya, KBLM menargetkan pendapatan hingga Rp 1,7 triliun pada 2019. Namun, karena ada penundaan tender proyek dari PLN, maka KBLM memangkas target tersebut menjadi Rp 1,2 triliun.
Terakhir, KBLM akan melanjutkan penggunaan anggaran belanja modal/capital expenditure pada 2019 yang sebesar Rp 20 miliar. Capex ini akan digunakan untuk melanjutkan program peningkatan kapasitas terpasang kabel voltase rendah (low voltage cable) hingga 150 ton per bulan.
Sehingga, kapasitas produksi kabel low voltage KBLM dapat meningkat dari 650 ton per bulan menjadi 800 ton per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News