Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Didik Purwanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski diiringi berbagai kontroversi, kongsi PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan Mitsubishi Corporation, tetap mantap menggarap proyek kilang gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) di Blok Donggi Senoro.
Kabar terbaru, MEDC melalui anak usahanya, PT Medco LNG Indonesia (MLI), meraih pinjaman senilai US$ 120 juta atau setara Rp 1,08 triliun (kurs Rp 9.000 per dollar AS) dari Mitsubishi Corporation.
Direktur Utama MEDC Darmoyo Doyoatmojo menyatakan, pinjaman ini akan dipakai untuk menyokong proyek kilang LNG Donggi Senoro yang berlokasi di Banggai, Sulawesi Tengah. "Perjanjian pinjaman diteken 31 Desember 2010," ucap Darmoyo, dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, kemarin (6/1).
Bunga pinjaman ditetapkan setara Libor + 3,75% per tahun. Pembayaran bunga dilaksanakan per triwulan. Untuk memperoleh pinjaman ini, MLI menggadaikan 20% kepemilikannya di perusahaan patungan yang didirikan bersama Pertamina dan Mitsubishi, yakni PT Donggi Senoro LNG.Sedangkan Pertamina dan Mitsubishi menguasai 29% dan 51% di Donggi Senoro LNG.
Capex US$ 400 juta
Secara keseluruhan, proyek Donggi Senoro menelan biaya senilai US$ 2,8 miliar. Dengan komposisi kepemilikan Donggi Senoro saat ini, berarti MEDC harus menyetor dana sekitar US$ 560 juta.
Nusky Suyono, Vice President Investor Relation MEDC, mengungkapkan, kekurangan pendanaan akan dipenuhi oleh induk usaha MLI, yaitu MEDC. "Tapi belum dibahas sumber pendanaannya dari mana saja," kata dia kepada KONTAN, kemarin.
Pada tahun ini MEDC mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 400 juta. Sumber dana capex berasal dari kombinasi antara pinjaman perbankan dan kas internal. Porsinya masing-masing 70% perbankan dan 30% kas internal. Menurut Nusy, MEDC sudah memiliki komitmen pinjaman dengan sejumlah bank.
Selain mengucur ke Donggi Senoro, belanja modal MEDC akan mengucur ke sejumlah proyek besar lainnya seperti proyek migas di Blok A dan Blok Libya 47.
Cadangan minyak dan gas (migas) MEDC di Blok Libya 47 diperkirakan mencapai 175,85 juta barel ekuivalen minyak (MBOE). Adapun cadangan di Senoro Toili sebanyak 45,21 juta barel dan Blok A memiliki cadangan 22,06 juta barel. "Kami akan fokus menggarap proyek-proyek besar itu," tutur Nusky.
Analis AM Capital, Janson Nasrial, menjelaskan, MEDC masih memerlukan pendanaan eksternal yang cukup besar untuk menopang bisnisnya. Tapi utang itu tidak akan membebani keuangannya. "Rasio utangnya masih cukup longgar. Bahkan masih lebih rendah dibandingkan perusahaan migas lainnya," kata Janson.
Hingga kuartal III-2010, rasio utang terhadap EBITDA MEDC sebesar 2,4 kali. Angka ini lebih rendah dari rasio utang PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang sebesar 4,7 kali.
Dalam jangka panjang, Janson memprediksi, harga saham MEDC bisa menyentuh Rp 4.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News