kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.171.000   -3.000   -0,14%
  • USD/IDR 16.770   45,00   0,27%
  • IDX 8.041   -85,89   -1,06%
  • KOMPAS100 1.115   -15,24   -1,35%
  • LQ45 796   -13,08   -1,62%
  • ISSI 280   -3,76   -1,33%
  • IDX30 418   -6,67   -1,57%
  • IDXHIDIV20 480   -5,99   -1,23%
  • IDX80 122   -1,69   -1,37%
  • IDXV30 134   0,38   0,28%
  • IDXQ30 132   -1,76   -1,31%

Proyek Baru Topang Harum Energy (HRUM), Simak Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 25 September 2025 / 14:57 WIB
Proyek Baru Topang Harum Energy (HRUM), Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. PT Harum Energy Tbk (HRUM)


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTALaba PT Harum Energy Tbk (HRUM) lesu pada kuartal II-2025. Namun, analis menilai,  kuartal IV-2025 akan menjadi titik balik bagi HRUM.

Berdasarkan laporan keuangannya, pada kuartal II-2025, laba bersih HRUM turun 61% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 24 juta. Pelemahan ini dipicu harga jual rata-rata (ASP) batubara yang lemah, menurun 13,7% secara kuartalan (QoQ).

Walaupun laba bersih HRUM secara kuartalan tumbuh 334,3% QoQ, analis UOB Kay Hian Sekuritas Benyamin Mikael mencermati, pertumbuhan kuartalan kuat lantaran tidak ada lagi beban penurunan nilai US$ 13,7 juta dari divestasi Nickel Mines Limited di kuartal I-2025.

Meskipun tercatat lemah pada semester I-2025, ia menilai, laba HRUM di semester II-2025 bisa pulih. Margin juga berpotensi menguat tipis.

hBaca Juga: Harum Energy (HRUM) Raih Pendapatan US$ 645,3 Juta pada Semester I-2025

Penguatan ini bisa terjadi ditopang ASP batubara yang lebih kuat. Serta biaya nikel lebih rendah dari penjualan awal PT Position (mulai Juli 2025) ke smelter NPI dan nickel matte HRUM. 

“Produksi batubara juga kemungkinan lebih rendah di semester II-2025, karena separuh pertama 2025 sudah mencapai 54% kuota tahunan,” ujar Benyamin dalam riset 29 Agustus 2025.

Dus, Benyamin memperkirakan laba bersih HRUM di 2025 mencapai US$ 60 juta, dengan laba semester II-2025 sekitar US$ 30,4 juta, atau naik 2,3% dari semester I-2025.

Penjualan Bijih Nikel

Menurut Analis Indo Premier Sekuritas, Ryan Winipta dalam riset 22 September 2025, penjualan bijih nikel dari PT Position akan jadi penopang titik balik HRUM pada kuartal IV-2025.

Mengingat seluruh penjualan bijih nikel PT Position akan digunakan untuk smelter internal, tidak ada pendapatan yang dicatatkan secara konsolidasi. 

Dampaknya, lanjut Ryan, penjualan bijih akan tercermin sebagai penghematan biaya tunai pada NPI/matte, sekitar US$ 350/ton di kuartal IV-2025. 

“Jika 100% bijih nikel dapat dikirim dan digunakan tepat waktu, penghematan biaya bisa mencapai sekitar US$ 1.000/ton,” tambahnya.

Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Anggarkan Capex US$ 315 Juta di Tahun 2025

Sejalan dengan itu, kinerja perseroan juga bisa ditopang proyek Blue Sparking Energy (BSE) HPAL yang dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal I-2026, memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) dan kobalt. Adapun kapasitas terpasang BSE adalah 67.000 ton MHP dan 7.500 ton kobalt.

Benyamin melanjutkan, kini proyek BSE sudah 85% selesai per semester I-2025, dengan seluruh peralatan utama terpasang. Ia melihat, fokus saat ini adalah penyelesaian konstruksi fasilitas utama.

Dengan beroperasinya BSE, Benyamin memperkirakan kontribusi EBIT nikel meningkat signifikan dari 16,9% pada 2024 menjadi 90,4% pada 2027. “Seiring juga dengan kenaikan produksi nikel dan penurunan batubara,” imbuhnya.

Mempertimbangkan hal-hal ini, Benyamin merekomendasikan buy saham HRUM dengan target harga Rp 1.260 per saham.

Adapun Ryan merekomendasikan buy saham HRUM dengan bidikan harga Rp 1.150, dinaikkan dari sebelumnya di Rp 1.050 per saham.

 

Selanjutnya: Ada Gugatan PKPU di Anak Usaha, Begini Penjelasan Diamond Food (DMND)

Menarik Dibaca: Promo Gajian The Body Shop 25-30 September 2025, Serum-Lip Balm Diskon hingga 40%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×