Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Berdasarkan riset tanggal 7 Maret 2023, Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi menyampaikan, ADHI tengah fokus untuk menciptakan recurring income dan pendapatan lainnya untuk pertumbuhan bisnis perusahaan. Sebut saja dari bisnis properti, investasi, serta konsesi pada water dan waste management.
Selain itu, penguatan modal yang didukung rights issue dan PMN serta optimalisasi aset melalui Transit Oriented Development (TOD) akan memperbaiki kinerja keuangan ADHI. Namun, patut dicermati bahwa ketidakpastian ekonomi masih akan menekan sektor konstruksi.
Menurut Aqil, peningkatan nilai kontrak baru pada 2022 menjadi sinyal pemulihan. Pada tahun lalu, ADHI mencatatkan peningkatan nilai kontrak baru sebesar 56% yoy menjadi Rp 23,7 triliun atau 95% dari target.
Baca Juga: Kontrak Baru Terus Naik, Adhi Karya (ADHI) Mengincar Pertumbuhan Pendapatan 25%
Kontrak baru pada lini bisnis konstruksi mendominasi sebesar 88%. Disusul lini bisnis properti 6% dan 6% dari lini bisnis lainnya. Perolehan tersebut mendekati level kontrak sebelum pandemi di 2018 yang sebesar Rp 24,8 triliun.
Untuk 2023, ADHI menargetkan kontrak baru dapat tumbuh 10%-15%. Perolehan kontrak tersebut ditargetkan berasal dari proyek pembangunan infrastruktur jalan tol, pengelolaan air dan limbah, serta proyek infrastruktur lainnya dengan sumber dana baik dari pemerintah, BUMN, maupun swasta.
"Pembangunan IKN akan turut menjadi pendorong peningkatan kontrak terutama pada proyek-proyek besar di 2023," tutur Aqil.
Di sisi lain, inflasi yang masih tinggi dan suku bunga tinggi akan menjadi tantangan ke depan. Pemulihan ekonomi setelah pandemi belum sepenuhya membaik. Tekanan kembali datang dari geopolitik Rusia dan Ukraina yang menghambat kebutuhan energi global yang menyebabkan inflasi dan mendorong bank sentral di berbagai negara harus menaikkan tingkat suku bunga.
Baca Juga: Sampai Bulan lalu, Adhi Karya (ADHI) Kantongi Kontrak Baru Rp 4,3 Triliun
Menurutnya, industri kontraktor juga akan terdampak dari adanya inflasi, salah satunya pada cost structure. Secara historis, ada sedikit peningkatan pada sisi biaya pokok penjualan perusahaan ketika terjadi lonjakan inflasi. Sementara itu, interest expense berperan 35%-41% dari margin laba kotor ADHI.
"Sehingga dengan dinaikkannya suku bunga akan cukup berdampak pada sisi bottom line perusahaan," kata Aqil.
Meskipun begitu, Aqil merekomendasikan buy ADHI dengan target harga Rp 585 per saham. Begitu juga dengan Arief yang merekomendasikan buy ADHI dengan target harga Rp 575 per saham, sebab harga saham ADHI sudah turun jauh.
Sementara itu, Cheril merekomendasikan hold ADHI dengan target harga Rp 440 per saham. Pada Rabu (28/3), harga ADHI tercatat naik 1,93% ke level Rp 422 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News