Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Tiphone Mobile Indonesia (TELE) akan kedatangan investor baru. Dia adalah, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Perusahaan telekomunikasi pelat merah ini berniat akuisisi 10%-25% saham TELE. Transaksi itu melalui anak usaha TLKM, PT PINS Indonesia.
Saat ini, kedua belah pihak sudah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat (CSPA) dalam distribusi ritel perangkat penunjang telekomunikasi. Perjanjian itu diteken 19 Mei 2014. Para analis yakin, transaksi tersebut akan berdampak bagus bagi Tiphone.
Sebab menurut Agustini Hamid, analis Recapital Securities, usai akuisisi, prospek TELE dalam jangka panjang akan makin menarik. Sebab, TELE bisa memiliki bisnis lebih variatif. TELE dapat memanfaatkan jaringan pasar TLKM yang luas. Apalagi, selama ini TLKM punya pengaruh besar terhadap bisnis penjualan voucher yang dilakukan TELE.
Agustini menjelaskan, sinergi bisnis ini akan makin kuat lantaran banyak produk bundling, sehingga dalam jangka panjang, TELE akan mudah mendistribusikan ponsel ke pangsa pasar TLKM.
Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, masuknya TLKM, TELE akan mudah memasarkan produknya di gerai milik TLKM. Namun, investor juga perlu mencermati proses akuisisi dan valuasi harga pembelian saham tersebut.
Mengutip laporan keuangan TELE per kuartal I 2014, jumlah saham beredar TELE 5,54 miliar saham. Jika pemilik lama melepas 10%-25% saham maka jumlah saham itu setara dengan 554,5 juta-1,36 miliar saham. Dengan asumsi harga transaksi tak jauh berubah dari harga saat ini di Rp 830, maka nilai transaksi bisa Rp 460,23 miliar-Rp 1,12 triliun.
Agustini menambah, secara fundamental, TELE memiliki pertumbuhan pendapatan yang cukup kuat. Secara historis, pertumbuhan pendapatan TELE lebih besar dibandingkan saingannya, PT Erajaya Tbk (ERAA).
Namun, persaingan industri ini makin ketat. Dus, upaya mencari pendapatan lain dengan ekspansi anorganik menjadi pilihan yang tepat bagi TELE. "Pertumbuhan TELE cukup solid. Karena itulah TLKM juga berani membidik TELE," imbuh Agustini.
Dari konsensus Bloomberg, pertumbuhan pendapatan TELE tahun ini diperkirakan 35,3% dengan pertumbuhan laba bersih 31,8%. Artinya, tahun ini, pendapatan TELE bisa naik menjadi Rp 14,31 triliun dari Rp 10,48 triliun. Sementara laba bersih menuju Rp 388,77 miliar dari tahun lalu Rp 294,9 miliar.
Namun, Agustini memprediksikan, jika akuisisi ini bisa tuntas tahun ini, TELE akan kecipratan pendapatan tambahan dari bisnis distribusi.
Di sisi lain, TELE masih akan mendapat tantangan dari kondisi eksternal. Misalnya, kenaikan pajak barang mewah. Reza bilang, kondisi ini bisa menggerus margin TELE. Dus, TELE harus mampu meningkatkan pendapatan.
Apalagi kalau menurut Reza, margin laba distribusi ponsel TELE sudah sangat rendah. Reza pun merekomendasikan hold dengan target harga Rp 900.
Agustini dan analis RHB OSK, Matthew Wibowo merekomendasikan, buy. Agustini menargetkan di Rp 1.000 yang mencerminkan price earning ratio 2014 14,5 kali. Dan Mattew menargetkan, di Rp 1.000. Rabu (21/5), harga TELE naik 1,22% ke Rp 830.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News