kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek sejumlah saham pembagi dividen di tahun lalu


Minggu, 03 Januari 2021 / 20:26 WIB
Prospek sejumlah saham pembagi dividen di tahun lalu
ILUSTRASI. Sejumlah emiten membagikan dividen interim di tahun lalu.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor mendapatkan berkah dari beberapa saham yang pada akhir tahun 2020 lalu membagikan dividen interim dan harga sahamnya menguat bila dihitung sejak awal tahun lalu.

Sebut saja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang membagikan dividen interim Rp 98 per saham atau setara dividen yield 0,3%. Adapun harga saham BBCA naik 1,27% ytd ke level Rp 33.850 di tahun lalu.

Kemudian, saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang menguat 19,25% ytd di 2019 membagikan dividen senilai Rp 6 per saham, dengan dividend yield 0,6%.

Selanjutnya saham PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC) yang mendaki 22,08% di tahun lalu. UNIC sendiri membagikan dividen interim Rp 110 per saham dengan dividen yield 2,04%.

Baca Juga: IHSG diprediksi menguat Senin (4/1), berikut rekomendasi saham yang bisa dicermati

Terakhir ada PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) yang harganya naik 1,82% ytd di 2019. META membagikan dividen interim Rp 2 per saham dengan yield 0,88%.

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan, keempat saham tersebut membahagikan dividen yang relatif kecil, sehingga dalam jangka pendek tidak akan terlalu mempengaruhi pergerakan harga sahamnya.

Namun dari keempat saham tersebut, saham yang cukup menarik adalah BBCA. Hal ini dikarenakan seiring dengan pulihnya perekonomian pasca.

"Perbankan merupakan sektor yang akan sangat diuntungkan dengan pulihnya ekonomi. Selain itu, dengan kecenderungan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah terhadap rupiah, investor asing juga diperkirakan akan masuk ke Indonesia. Dan sebagai sektor yang weighing IHSG paling besar, sektor perbankan akan sangat diuntungkan," jelas Bernadus, Minggu (3/1).

Bernadus justru melihat saham yang sangat menarik perhatian di 2020 dari sisi dividen adalah PTBA. Tahun lalu, PTBA membagikan dividen dengan yield sekitar 13%.

Sektor batubara Indonesia juga diuntungkan dengan kebijakan China yang mensuspensi impor batubara dari Australia. Selain itu, harga batubara juga telah pulih ke US$ 80 per ton.

Baca Juga: Melemah di akhir 2020, ini proyeksi pergerakan IHSG di awal tahun 2021

Saat ini, China juga masih musim dingin sehingga permintaan batubara juga naik. Selain itu, seiring pulihnya ekonomi Indonesia dan wacana akan mobil listrik, permintaan batubara Indonesia juga akan naik karena batubara merupakan salah satu sumber listrik terbesar di Indonesia.

PTBA juga merupakan suplier batubara terbesar ke PLN sehingga prospek PTBA cukup menarik di tahun ini.

"TLKM juga menjadi pilihan yang cukup menarik karena sampai kuartal III-2020 performanya bertumbuh 1,3% walau terkena Covid-19. Namun harga sahamnya terkoreksi 16,2% dibandingkan dengan IHSG yang hanya terkoreksi sekitar 5% di sepanjang tahun 2020," lanjut Bernadus.

Baca Juga: Investor berharap bursa saham di 2021 masih melesat setelah kenaikan tinggi di 2020

Jika diasumsikan dividend payout ratio tahun 2021 di angka 80% seperti tahun lalu. Lalu dengan earning per share (EPS) sampai kuartal tiga dianualisasi menjadi Rp 224, dividend per share (DPS) yang diterima sekitar Rp 180.  "Dengan harga TLKM sekarang di Rp 3.310, dividen yang diterima bisa sekitar 5,4%-5,5% atau lebih tinggi dari tahun lalu yang di bawah 5%," jelasnya.   

Lebih lanjut, Bernadus menyebutkan, TLKM secara normal sejak tahun 2017 diperdangangkan di kisaran price earning ratio 20 kali. Jika performa TLKM tahun ini membaik dengan EPS dikisaran Rp 200 saja, harga saham Rp 4.000 bukanlah hal yang sulit untuk dicapai dengan prediksi upside lebih dari 20% dari harga sekarang.

"Apalagi, behaviour manusia sekarang mulai berubah dengan work from home dan school from home sehingga kebutuhan data meningkat, walau TLKM juga membantu mensubsidi kuota gratis ke masyarakat luas," jelasnya.

Dus dengan prediksi upside IHSG di tahun 2021 bisa mencapai 6.800, Bernadus merekomendasikan untuk mencari saham big cap, atau setidaknya konstituen LQ45 maupun Kompas100 yang memiliki liquiditas dan fundamental relatif baik.

Selanjutnya: Walau January Effect akan terbatas, IHSG diprediksi tetap menguat di bulan ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×