Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Lebih lanjut, dengan kondisi usia perkebunan saat ini, AALI bisa menghasilkan 18 ton-21 ton tandan buah segar (TBS) setiap tahunnya. Dengan penanaman ulang, produksi AALI akan sedikit turun berada di kisaran 18 ton-19 ton per ha pada tahun ini. Namun ketika pohon baru sudah bisa dipanen, Yasmin memproyeksikan produksi AALI bisa akan meningkat mencapai 25 ton per ha.
Di saat kondisi pasar CPO lesu pada tahun lalu, AALI pada kuartal III-2019 masih berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 111 miliar. Padahal emiten sejenis lainnya banyak mencatat penurunan laba di atas 90%. Sehingga membuktikan AALI sebagai salah satu market leader industri CPO di Indonesia. Sebab fundamental AALI masih solid menghadapi lesunya pasar di 2019.
Baca Juga: Sektor keuangan dan barang konsumen mulai mengangkat IHSG, ini saham penggeraknya
Sementara pada 2020 ini, Meilki memproyeksikan pendapatan AALI akan mencapai Rp 17,06 triliun dengan laba bersih sebanyak Rp 377 miliar. Yasmin memprediksi AALI akan membukukan pendapatan sebesar Rp 26,61 triliun dengan laba bersih sebanyak Rp 617 miliar.
Dengan kondisi fundamental AALI yang baik dan prospek CPO yang membaik, Meilki merekomendasikan buy saham AALI dengan target harga di Rp 15.600 sebelum harganya semakin naik. Sementara Yasmin juga sama-sama merekomendasikan buy dengan target harga masing-masing Rp 17.000.
Senin (10/2), harga saham AALI turun 4,98% ke Rp 11.450 per saham.
Baca Juga: Ini saham emiten CPO pilihan analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News