Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham offshore, khususnya saham-saham di Amerika Serikat (AS) diperkirakan mampu memberikan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan reksadana saham dalam negeri.
Head of Business Development Division PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menyebutkan bahwa menguatnya dolar AS dan kinerja saham AS menjadi katalis positif. Penguatan dolar AS meningkatkan nilai investasi dalam mata uang lokal, sementara kinerja saham AS yang solid memberikan potensi return yang lebih tinggi.
"Prospek ke depan juga terlihat positif, terutama dengan tren penurunan suku bunga yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pasar saham AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/11).
Baca Juga: Memanfaatkan Cuan Reksadana dengan Fitur Dividen
Dus, imbal hasil reksadana saham offshore berpotensi mengungguli reksadana saham dalam negeri.
Ambil contoh, kinerja Panin Global Sharia Equity Fund yang naik 18,17% sepanjang tahun ini. Kinerja itu mengungguli reksadana saham dalam negeri lainnya.
Lalu, dibandingkan dengan produk berdenominasi dolar AS yang investasi di saham Asia, produk reksadana yang berinvestasi pada saham AS juga lebih unggul. Misalnya, Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED) – Kelas A yang naik 15,40% sejak awal tahun, sementara Mandiri Asia Sharia Equity Dollar (MASED) – Kelas A dan Mandiri Asia Sharia Equity Dollar (MASED) – Kelas B, masing-masing turun 6,75% dan 4,51% sejak awal tahun.
Karenanya, Reza menyarankan investor perlu memperhatikan beberapa hal dalam memilih produk reksadana saham offshore. Misalnya, pilihan saham dengan fokus pada reksadana yang memiliki portofolio saham dengan fundamental kuat dan potensi pertumbuhan tinggi, seperti saham teknologi di AS.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Unjuk Gigi, Ini 5 Terbaiknya
Lalu, historikal kinerja untuk memahami kinerja produk tersebut dalam berbagai kondisi pasar. Selanjutnya, diversifikasi yang bertujuan untuk mengurangi risiko.
Di sisi lain, Reza menilai bahwa ada potensi penurunan dolar AS seiring pemangkasan suku bunga the Fed. Oleh sebab itu, investor juga dapat mempertimbangkan dengan strategi diversifikasi mata uang untuk mengurangi risiko nilai tukar.
Selanjutnya, fokus pada sektor-sektor yang diuntungkan oleh suku bunga rendah, seperti teknologi dan konsumen. "Juga tetap update dengan kebijakan moneter global yang dapat mempengaruhi pasar saham dan nilai tukar," imbuhnya.
Selanjutnya: Perusahaan Asing Sulit Berkembang dalam Bisnis SPBU di Indonesia, Ini Penyebabnya
Menarik Dibaca: Metode Kakeibo Bisa Bantu Hemat Pengeluaran Loh, Ini Cara Lakukannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News