Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham offshore, khususnya di Amerika Serikat (AS) berpotensi mengungguli kinerja reksadana saham dalam negeri. Penguatan dolar AS hingga pemangkasan suku bunga menjadi pendorongnya.
Direktur Infovesta Utama, Parto Kawito mengatakan, menguatnya dolar AS atas rupiah menjadi keuntungan tersendiri untuk reksadana saham offshore di AS. Dia juga menilai prospeknya menarik sebagai diversifikasi mata uang dan lokasi investasi.
"Apalagi dengan tren penurunan suku bunga akan menguntungkan terutama yang alokasi di saham AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/11).
CEO PT Pinnacle Persada Investama alias Pinnacle Investment Guntur Putra sependapat. Katalis positif terhadap reksadana saham offshore dapat dilihat dari penguatan kinerja saham AS sesudah pilpres AS yang dimenangkan Donald Trump dan cenderung didorong oleh faktor-faktor ekonomi seperti kebijakan moneter The Fed, pertumbuhan sektor teknologi, serta stabilitas ekonomi yang lebih baik.
Baca Juga: Simak Tips Perencana Keuangan Mengelola Portofolio di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
"Penguatan dolar AS dan kinerja saham di AS yang solid bisa membawa dampak positif pada portofolio reksadana saham offshore, terutama yang memiliki eksposur besar terhadap saham AS," katanya.
Dus, diperkirakan imbal hasil yang diberikan berpotensi mengungguli kinerja reksadana saham dalam negeri. Parto menyebutkan, berdasarkan datanya, kinerja IHSG sejak awal tahun (YTD) per 12 November 2024 masih 0,676% sedangkan Infovesta 90 Equity Fund Index -5,598% YTD.
"Secara umum bisa diprediksi reksadana offshore akan mengungguli reksadana saham domestik karena data terkumpul di Infovesta menunjukkan hanya ada 8 reksadana offshore yang minus, itupun hanya berkisar -3,462% hingga -0,089% YTD sedangkan 18 reksadana offshore lainnya positif," paparnya.
Baca Juga: Ketidakpastian Global Tinggi, Simak Instrumen Investasi Berpotensi Menguntungkan
Direktur Panin Asset Management (Panin AM), Rudiyanto menuturkan bahwa secara historis pergantian presiden umumnya mendorong harga saham naik. Berdasarkan data perusahaan, kinerja Panin Global Sharia Equity Fund mengungguli reksadana saham domestik lainnya dengan return 18,67% Ytd.
Berdasarkan fund fact per 31 Oktober 2024, portofolio produk tersebut berasal dari saham AS. Komposisi terbesar dari sektor teknologi sebesar 22,62% dan disusul sektor kesehatan sebesar 22,06%.
Rudiyanto menyebutkan, pemilihan saham dilakukan dengan strategi aktif. "Saat ini kami melihat sektor teknologi di AS sudah cukup mahal secara valuasi, sehingga bobot sektor teknologi tidak sebanyak sebelumnya walaupun masih relatif tinggi karena saham-saham ini penggerak indeks," jelasnya.
Baca Juga: IHSG Jeblok, MI Atur Strategi Reksadana Saham
Selain itu, lanjutnya, saat ini MI juga memperbanyak sektor yang defensif dan juga memegang porsi kas mendekati 20% untuk membidik peluang beli saham jika ada koreksi besar.
Guntur juga menuturkan dalam memilih reksadana saham offshore, investor dapat memperhatikan sejumlah faktor, seperti strategi portofolio, kinerja historis, diversifikasi, kualitas manajer investasi, dan biaya serta expense ratio.
"Perhatikan biaya yang dikenakan oleh produk reksadana, karena biaya yang terlalu tinggi dapat menggerus potensi return investasi," tutupnya.
Selanjutnya: Metland Serap Capex Rp392 Miliar hingga Kuartal III 2024, Fokus Akuisisi Lahan
Menarik Dibaca: Badan Lelah Setelah Kerja, Atasi dengan 6 Cara Ini dari Berendam-Minum Teh Hangat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News