kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek reksadana pendapatan tetap semakin moncer


Rabu, 15 Juli 2020 / 20:23 WIB
Prospek reksadana pendapatan tetap semakin moncer
ILUSTRASI. Tren suku bunga rendah mendukung reksadana pendapatan tetap untuk berkinerja tinggi di tahun ini.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga rendah mendukung reksadana pendapatan tetap untuk berkinerja tinggi di tahun ini. Kamis, (16/7), dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akan kembali menentukan tingkat suku bunga acuan.

Analis dan manajer investasi memproyeksikan walaupun suku bunga belum kembali menurun besok, paling tidak mereka optimistis suku bunga akan menurun satu hingga dua kali di sisa tahun ini. Alhasil, kinerja reksadana pendapatan bisa semakin kencang bertumbuh.

"Kami melihat BI memangkas suku bunga satu hingga dua kali lagi di tahun ini, untung eksekusinya tergantung volatilitas rupiah dan data makro lain," kata Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Manajemen Ezra Nazula, Rabu (15/7).

Baca Juga: Berikut rekomendasi portofolio investasi di tengah ancaman second wave virus corona

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga mengatakan secara fundamental suku bunga acuan harus turun karena tingkat inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi masih melambat. Di luar sentimen suku bunga BI yang masih menunggu waktu yang tepat untuk kembali menurun, Ezra memproyeksikan kinerja reksadana pendapatan tetap masih memiliki katalis positif.

Pertama, suku bunga global juga cenderung rendah bahkan ada yang negatif dengan berlangsungnya stimulus moneter yang dilakukan bank sentral global. Kedua, pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan China seiring munculnya harapan perbaikan ekonomi menyebabkan potensi inflow ke pasar emerging markets. "Risk on muncul yang ditandai dengan volatilitas di pasar saham menurun serta CDS Indonesia menurun," kata Ezra.

Ketiga, nilai tukar rupiah kembali stabil di level Rp 14.500 per dolar AS juga merupakan katalis positif. Kondisi ini membaik setelah rupiah sempat terjerumus dekat Rp 17.000 per dolar AS di Maret. Untungnya, cadangan devisa juga sudah kembali naik.

Keempat, imbal hasil pasar obligasi Indonesia menarik dengan yield 7% yang membawa spread dengan yield US Treasury lebar. "Secara historis spread berada di 640 basis poin ini dapat menjadi incaran investor asing untuk kembali masuk ke pasar SUN, dan kinerja reksadana pendapatan tetap ikut naik," kata Ezra.

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana capai Rp 504,62 triliun di bulan Juni 2020

Kelima, BI juga terus mendukung pasar obligasi dengan kebijakan sharing the burden antara BI dan pemerintah. Menurut Ezra, skema monetisasi utang tersebut bisa membantu mengurangi tekanan terhadap pasokan penerbitan obligasi ke depan. Wawan memproyeksikan hingga akhir tahun rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap berpotensi tumbuh ke 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×