Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve, kinerja reksadana saham syariah offshore berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi tetap tumbuh tinggi. Sementara, kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dolar AS berpotensi terkoreksi.
Direktur Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh mengatakan, The Fed sudah memberikan sinyal akan melakukan tapering off atau pengetatan kebijakan moneter di November mendatang. Namun, tapering off tidak lantas membuat suku bunga acuan The Fed akan naik bersamaan dalam waktu dekat. Dengan masih akan rendahnya suku bunga AS, Ricky memproyeksikan reksadana denominasi dolar AS akan menarik untuk dimiliki.
Selain itu, pergeseran gaya hidup ke arah new economy membuat sektor teknologi yang juga banyak menjadi aset dari reksadana saham syariah offshore berpotensi berkinerja lebih stabil dibanding sektor siklikal.
Baca Juga: Per akhir September 2021, jumlah investor pasar modal naik 5,41% mom
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana memaparkan, rata-rata kinerja reksadana saham konvensional masih minus 1,6% per Rabu (6/10). Sedangkan, rata-rata kinerja reksadana saham denominasi dolar AS tumbuh 2,5% di periode yang sama.
Wawan mengatakan kinerja reksadana saham syariah offshore atau denominasi dolar AS tumbuh lebih tinggi karena ekonomi di aset yang menjadi portofolio reksadana saham syariah offshore tersebut memang telah membaik.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga mengatakan, tapering off akan memberi dampak negatif secara langsung pada kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dolar AS. Sementara, tapering off tidak berdampak langsung pada kinerja reksadana saham syariah offshore.
"Banyak sentimen yang mempengaruhi reksadana saham syariah offshore, kinerja reksadana ini bisa tetap turun meski tidak terpapar langsung sentimen tapering off," kata Rudiyanto.
Baca Juga: Reksadana Offshore Tak Goyah Oleh Sentimen Tapering Off
Sementara, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan tapering off berpotensi menurunkan harga obligasi denominasi dolar AS (INDON) yang biasanya menjadi aset reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS.
"Pengetatan likuiditas di AS berpotensi membuat dana asing yang tadinya berada di INDON jadi mereka lepas dulu, dalam jangka pendek jadi berpotensi terkoreksi," kata Wawan.
Namun, dalam jangka panjang jika ekonomi secara global kembali normal dan stabil, kinerja INDON berpotensi kembali tumbuh. Bagaimana pun yield yang diberikan INDON sekitar 2%-3% Wawan nilai cukup tinggi untuk denominasi dolar AS.
Baca Juga: Jelang tapering, Bareksa nilai reksadana saham berdenominasi dolar AS makin menarik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News