kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Harga Komoditas Energi Masih Lesu, Simak Prospek Harganya


Minggu, 14 September 2025 / 15:20 WIB
Harga Komoditas Energi Masih Lesu, Simak Prospek Harganya
ILUSTRASI. Harga komoditas energi tengah berada dalam tren penurunan, meskipun dolar Amerika Serikat (AS) sedang cenderung melemah. REUTERS/Pascal Rossignol


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTAHarga komoditas energi tengah berada dalam tren penurunan, meskipun dolar Amerika Serikat (AS) sedang cenderung melemah. Kekhawatiran permintaan global dan kelebihan pasokan menjadi pemicunya.

Berdasarkan Trading Economics, pada Minggu (14/9/2025) pukul 15.07 WIB, harga minyak WTI tercatat di US$ 62,560 per barel, naik 0,43% secara harian dan 1,12% secara mingguan, tetapi masih terkoreksi 0,14% selama sebulan.

Pada saat yang sama, harga gas alam berada di US$ 2,9552 per MMBtu, naik 1,01% secara harian, turun 3,04% secara mingguan, dan terkoreksi 4,50% selama sebulan.

Sementara itu, harga batubara ada di posisi US$ 100,70, turun 0,20% secara harian dan anjlok 6,37% secara mingguan. Dalam sebulan, harga batubara sudah turun 9,93%.

Baca Juga: Mempercepat Transisi Transportasi Lewat Biofuel dan Kendaraan Listrik

Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono mengatakan, penurunan harga komoditas energi didorong oleh perlambatan penurunan ekonomi di negara-negara konsumen utama, seperti Tiongkok.

Lebih lanjut, ia mencermati untuk minyak dan gas alam, produksi dari AS dan negara-negara OPEC+ tetap tinggi. “Hal ini menciptakan oversupply yang menekan harga,” katanya kepada Kontan, Jumat (12/9/2025).

Wahyu melihat, produksi batubara juga melimpah di tengah permintaan yang lesu, terutama di pasar global.

Selain itu, pelemahan komoditas energi juga didorong hasil data ekonomi AS.

Rilis data ekonomi AS yang lebih lemah, seperti data pasar tenaga kerja yang mengecewakan, mengindikasikan perlambatan ekonomi.

“Faktor ini mengalahkan potensi positif dari pelemahan dolar AS, yang sehausnya mendukung harga komoditas,” terang Wahyu.

Ke depan, dalam jangka pendek, kebijakan suku bunga The Fed akan menjadi katalis utama. 

Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga, dolar AS bisa melemah lebih lanjut, yang bisa memberikan dorongan naik pada harga komoditas energi. 

Baca Juga: Kilang Global Tutup Imbas Transisi Energi, ESDM:Kebutuhan BBM Indonesia Masih Tinggi

Sementara dalam jangka panjang, Wahyu memandang, transisi energi akan menekan permintaan batubara dan minyak mentah. “Untuk harga batubara kemungkinan akan terus menghadapi tekanan struktural,” imbuhnya.

Tak hanya itu, ia menilai kebijakan dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai importir energi terbesar akan sangat menentukan tren harga jangka panjang.

Hingga akhir tahun, dengan menimbang faktor-faktor tersebut, Wahyu memproyeksikan harga minyak WTI berada di US$ 60–US$ 65 per barel.

Sedangkan untuk gas alam, Wahyu menaksir harganya berpotensi ada di level US$ 3.50 per MMBtu.

Sementara itu, ia memprediksi harga batubara akan berada di kisaran US$ 95–US$ 105 per ton di akhir tahun.

Selanjutnya: Begini Review Kinerja Wintermar Offshore Marine (WINS) pada Semester Pertama 2025

Menarik Dibaca: Ini 10 Provinsi dengan UMR Terendah di Indonesia & Strategi Pintar Mengatur Gaji

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×