Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki paruh kedua tahun ini, nasib penerbitan surat utang korporasi akan tergantung pada pemberlakukan kebijakan PPKM Darurat ke depan.
Asal tahu saja, merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada enam bulan pertama tahun ini penerbitan surat utang korporasi menyentuh Rp 43,37 triliun.
Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra menilai, prospek penerbitan obligasi korporasi akan ditentukan oleh kebijakan PPKM Darurat yang berlaku saat ini. Apakah ketika berakhir pada 20 Juli nanti akan diperpanjang, atau diperpanjang dengan pelonggaran aktivitas, atau seperti apa. Pasalnya ini akan berkaitan dengan tingkat kepercayaan dan optimisme penerbit maupun investor.
Ia bilang, hingga saat ini mandat penerbitan obligasi korporasi yang diterima Pefindo sudah sebesar Rp 75,58 triliun. Jika diasumsikan seluruhnya terealisasi, maka penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini bisa menembus Rp 100 triliun.
Hanya saja, mengingat sifatnya masih mandat, tidak menutup kemungkinan beberapa penerbit akan menunda atau bahkan membatalkan rencananya.
Baca Juga: Semester I-2021, penerbitan obligasi korporasi didominasi tenor pendek
“Jadi ini tergantung dengan tingkat confidence para penerbit di masa PPKM Darurat ini. Namun, target awal kami yang sebesar Rp 122 triliun - Rp 159 triliun kemungkinan besar akan kami revisi jika melihat kondisi yang berkembang saat ini,” papar Salyadi dalam Media Forum Pefindo secara virtual, Kamis (8/7)
Dari sisi penerbitan, Salyadi memperkirakan tenor-tenor pendek masih akan mendominasi seiring dengan ketidakpastian yang masih tinggi untuk saat ini. Sementara dari imbal hasil yang ditawarkan, kemungkinan besar akan sulit untuk bisa turun dari paruh pertama tahun ini.
Adapun rata-rata kupon surat utang korporasi sebagai berikut:
Tenor | AAA | AA | A | BBB | ||||
2020 | 1H21 | 2020 | 1H21 | 2020 | 1H21 | 2020 | 1H21 | |
1 Tahun | 6.50% | 4.80% | 6.90% | 5.50% | 9.00% | 7.90% | 10.90% | 11.30% |
3 Tahun | 7.50% | 6.30% | 8.10% | 6.90% | 9.80% | 9.30% | 11.80% | 12.60% |
5 Tahun | 7.60% | 6.70% | 8.70% | 7.80% | 10.10% | 10.00% | 11.30% | na |
Sumber: KSEI diolah Pefindo
Pada paruh pertama, Salyadi menyebut turunnya kupon surat utang korporasi tidak terlepas dari tren suku bunga yang lebih rendah serta penurunan yield obligasi pemerintah. Sedangkan memasuki semester II-2021, ia melihat dengan adanya sentimen taper tantrum serta perkembangan Covid-19 di Indonesia, maka risiko Indonesia mengalami kenaikan. Dus, membuat potensi capital outflow terbuka dan yield SBN bisa bergerak naik.
“Kemungkinan besar investor akan wait and see dan akan jauh lebih selektif. Sementara emiten yang mau menerbitkan juga masih akan terus mencermati perkembangan keadaan serta perkembangan kupon,” terang Salyadi.
Baca Juga: Jumlah penerbitan obligasi korporasi capai Rp 43,37 triliun di semester I-2021
Secara terpisah, Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menilai obligasi korporasi sebagai pilihan yang menarik karena imbal hasil dan kupon yang menjanjikan. Tapi dengan kondisi saat ini, harus sangat selektif dengan melihat apakah sektor bisnis penerbit terdampak, lalu outlook kinerjanya seperti apa, hingga harus punya backup company yang kuat.
Sementara dari sisi rating, Yudha bilang rating sebuah perusahaan memang jadi acuan, namun dengan kondisi saat ini, rating bukanlah jadi acuan yang utama. Ke depan, dengan pemulihan ekonomi yang relatif terhambat, lalu pemerintah masih akan tetap menjaga suku bunga rendah sebagai upaya stimulus ekonomi, Yudha melihat prospek obligasi korporasi akan relatif stabil.
“Jadi bagi yang ingin masuk sekarang, harus benar-benar selektif. Sektor-sektor yang berkaitan dengan transformasi digital, telekomunikasi, consumer goods, hingga healthcare bisa jadi pertimbangan seiring relatif minim terimbas pandemi Covid-19,” tutup Yudha.
Selanjutnya: kuartal I-2021, Sriwahana Adityakarta (SWAT) bukukan laba Rp 903,14 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News