kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek kripto masih positif, investor disarankan pakai sistem dollar cost averaging


Kamis, 10 Juni 2021 / 21:59 WIB
Prospek kripto masih positif, investor disarankan pakai sistem dollar cost averaging
ILUSTRASI. Mata uang kripto.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset digital kripto mengalami penurunan yang signifikan selama satu bulan terakhir, misalnya bitcoin yang mengalami penurunan dari US$ 58.000 per BTC ke level US$ 38.000 per BTC.

Akan tetapi, selama 24 jam terakhir pada pukul 17.00 WIB merujuk pada CoinDesk, harga kembali naik sebanyak 11,96%. Setelah sebelumnya ada isu yang membuat aset kripto ini tertekan, misalnya saja dari isu pemerintah China yang banned aset kripto di akhir bulan Mei 2021.

Selain itu, beberapa provinsi di China melarang aktivitas penambangan aset kripto. Misalnya saja di provinsi Sichuan di bulan Januari-April yang telah menutup 35 perusahaan penambangan aset kripto. Penutupan ini juga berpotensi untuk mengurangi konsumsi 5,2 miliar kilowatt-hour ata setara dengan 1,6 juta metrik ton dari batubara, berdasarkan kantor berita Xinhua.

Mengenai kenaikan harga aset kripto seperti bitcoin saat ini, Co-founder Cryptowatch dan pengelola Youtube channel Duit Pintar Christoper Tahir menilai prospek dari aset kripto masih menarik, karena aset yang masih bergerak secara siklikal.

Baca Juga: Belum terbendung, harga Bitcoin terus menanjak menuju US$ 40.000

“Namun, saat ini diperkirakan secara matematis, teknikal dan juga data on-chain, potensi kenaikan harga masih ada, walaupun di jangka pendek secara teknikal masih menurun,” kata Christoper kepada Kontan, Kamis (10/6).

Ia juga melihat bahwa ketika bitcoin naik, aset-aset kripto lain cenderung akan mengalami kenaikan, hal ini berlaku juga ketika terjadi penurunan, malah ia menilai dapat lebih buruk. Maka ia menyarankan apabila masuk ke aset lain, risiko perlu dipertimbangkan.

Menurut CEO Triv Gabrel Rey, menilai bitcoin masih menjadi primadona, yang disusul juga oleh aset-aset DeFi. Untuk saat ini menurutnya saham dan bitcoin dinilai akan mengalami kenaikan dengan adanya infrastructure bill dari Presiden AS Joe Biden, yang jumlahnya sangat besar.

“Dengan printing money terus menerus dari pemerintah AS maka banyak analis memprediksi inflasi akan naik akhir tahun ini atau mulai tahun depan sehingga harga aset-aset akan otomatis naik,” ujar Gabriel.

Gabriel dan Christoper menyarankan untuk melakukan dollar cost averaging (DCA), apabila ingin masuk berinvestasi di aset kripto, dengan melakukan deposit secara berkala di aset kriptonya, misalnya di bitcoin. Christoper juga menilai bahwa masih ada potensi bitcoin untuk menuju ke level US$ 100.000 per BTC.

“Untuk retail selalu disarankan masuk dengan cara DCA karena kita tidak dapat memprediksi harga naik atau turunnya bitcoin, sehingga lebih baik dilakukan DCA untuk hold jangka panjang,” pungkas Gabriel.

Selanjutnya: Bertambah, daerah di China yang melarang penambangan kripto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×