Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) masih berupaya keras dalam melakukan penyehatan kinerja perseroan. Sejumlah tantangan pun masih ditemui emiten infrastruktur pelat merah itu.
Hingga kini saham WSKT masih disuspensi Bursa Efek Indonesia. Suspensi pada saham WSKT sudah berlangsung lebih dari satu tahunsejak 8 Mei 2023. Saham WSKT disuspensi karena perseroan gagal membayar utang obligasi jatuh tempo.
Direktur Keuangan Waskita Karya Wiwi Suprihatno mengatakan, restrukturisasi perseroan dilakukan dari sisi perbankan dan obligasi.
Restrukturisasi dari sisi perbankan ada dua, master restructuring agreement (MRA) dan KMK Penjaminan (KMKP).
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Beber Progres Integrasi dengan Hutama Karya
Secara MRA, dilakukan dengan 21 perbankan dengan nilai total Rp 26,37 triliun dan telah diperoleh persetujuan perubahan perjanjian pada tanggal 17 Oktober 2024. Secara KMK Penjaminan (KMKP) sebesar Rp 5,2 triliun.
“Dari sisi perbankan ini saja totalnya sudah Rp 31,75 triliun,” ujarnya dalam Public Expose WSKT, Selasa (26/11).
Restrukturisasi obligasi dilakukan terhadap obligasi non-penjamin dan obligasi penjamin.
Untuk obligasi non-penjamin, empat seri surat utang. Sebanyak tiga seri sudah mendapatkan persetujuan restrukturisasi dari pemegang obligasi, yaitu Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Seri B Tahun 2018, Obligasi Berkelanjutan III Seri B Tahun 2018, dan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2020.
Atas 3 seri obligasi tersebut, WSKT telah dilakukan pembayaran kupon restrukturisasi dan kupon standstill. Sementara, satu surat utang, yaitu Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Seri B Tahun 2019.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Kaji Ulang Proyek Infrastruktur, Ini Tanggapan Waskita Karya (WSKT)
Total nilai dari empat seri obligasi non-penjaminan tersebut sebesar Rp 4,71 triliun. Sementara, untuk obligasi penjaminan untuk 6 seri sebesar Rp 5,05 triliun.
“Namun, saham kami masih disuspensi karena memang satu seri obligasi non-penjamin belum mendapatkan persetujuan dari pemegang obligasi secara kuorum,” tuturnya.
Terkait hal itu, WSKT masih melakukan upaya untuk pendekatan dan komunikasi dengan para pemegang obligasi. Perseroan juga telah menjadwalkan untuk melakukan RUPO pada 12 Desember 2024.
“Mudah-mudahan di RUPO ini kami bisa mendapatkan persetujuan, setidaknya sebelum ada potensi delisting saham WSKT,” paparnya.
Melansir laporan keuangan, WSKT mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias rugi bersih sebesar Rp 3 triliun hingga kuartal III 2024. Angka ini naik 5,93% dari rugi bersih di kuartal III-2023 yang sebesar Rp 2,83 triliun.
Kenaikan rugi bersih ini ditopang oleh pendapatan usaha WSKT yang sebesar Rp 6,78 triliun di periode Januari-September 2024. Realisasi itu turun 13,22% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 7,81 triliun di periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Tengah Garap 23 Proyek Strategis Nasional, Begini Rinciannya
Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho alias Oho mengatakan, Nilai Gross Profit Margin (GPM) perseroan turut naik menjadi 15,19%, setelah sebelumnya pada kuartal III tahun lalu sebesar 9,90%.
“EBITDA Waskita juga naik hingga 141%, dari Rp 252 miliar menjadi Rp 609 miliar per September 2024,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Di sisi lain, tantangan juga berasal dari rencana kaji ulang alias review proyek infrastruktur untuk tahun 2025.
Asal tahu saja, hingga saat ini masih belum diketahui berapa anggaran yang akan digelontorkan untuk menunjang proyek infrastruktur tahun depan.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo, anggaran infrastruktur untuk pagu 2025 masih ditahan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani seperti arahan dari Presiden Prabowo Subianto.
Berdasarkan catatan Kontan, Dody juga mengaku belum mengetahui berapa anggaran yang akan digelontorkan untuk menunjang proyek infrastruktur di tahun depan. Untuk itu, dia bakal berkomunikasi lebih lanjut antar kementerian terkait rencana pembangunan.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Selesaikan Proyek Irigasi Peterongan Mrican di Jawa Timur
Bersamaan dengan pernyataan Dody tersebut, beredar juga kabar ada sejumlah proyek infrastruktur yang akan dihentikan oleh pemerintah lantaran anggarannya akan dikaji ulang. Beberapa proyek yang rencananya akan dihentikan salah satunya adalah proyek bendungan.
Terkait hal itu, WSKT optimistis proyek bendungan mereka yang masih ongoing bisa tetap berjalan.
Sebagai catatan, WSKT sudah membangun 23 bendungan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Sebanyak 15 di antaranya sudah selesai, sementara sembilan proyek lainnya seperti Bendungan Jragung, Rukoh, Mbay, dan Bener masih dalam proses dibangun.
Direktur Business Strategic, Portfolio & Human Capital Rudi Purnomo mengatakan, soal anggaran infrastruktur untuk tahun 2025 memang tengah dibahas. Namun, proyek-proyek yang tengah berjalan sudah pasti akan dilanjutkan.
“Penghentian proyek baru, khususnya untuk bendungan, itu untuk proyek-proyek baru,” ujarnya dalam public expose, Selasa (26/11).