Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja penjualan emiten semen diprediksi masih belum meningkat signifikan di 2017. Hal ini berpeluang mempengaruhi pergerakan harga sektor semen.
Dalam 10 bulan pertama 2016, penjualan semen mencapai 50,76 juta ton, naik 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat penjualan 21,2 juta ton, naik tipis 1,3% dibanding periode sama tahun lalu.
Penjualan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun 3,6% menjadi 13,2 juta ton. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mencetak penurunan penjualan paling dalam yaitu 10,6% menjadi 6,2 juta ton.
Penjualan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) naik 3,6% menjadi 1,3 juta ton.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, bisnis semen masih dibilang kurang bagus meski masih tetap mengantongi laba. Hal ini disebabkan lesunya penjualan sektor properti, yang menjadi pasar terbesar emiten semen.
Fokus pemerintah pada sektor infrastruktur tampaknya belum mempengaruhi sektor semen. "Emiten semen masih survive, masih bisa untung, tapi pada dasarnya pertumbuhan kinerjanya tidak terlalu bagus," ujar Satrio kepada KONTAN, Senin (26/12).
Tahun depan kinerja sektor semen akan tertolong oleh infrastruktur. Tapi, ini hanya akan memasukkan emiten-emiten sektor semen ke zona aman, belum menggeser kinerja sektor ini ke kategori bagus.
Sektor properti yang membawa pengaruh terbesar emiten semen diperkirakan belum membaik tahun depan. Selain itu, ada risiko harga minyak yang berpeluang terus naik. Kenaikan harga minyak yang berlanjut bisa mendorong PLN menaikkan harga listrik.
Ini akan menjadi sentimen negatif bagi emiten semen. Sebab pabrik semen membutuhkan pasokan listrik. "Ada risikonya kalau tarif minyak naik," kata Satrio.
Hal senada juga disampaikan analis NH Korindo Securities Bima Setiaji. Menurut dia, saat ini sektor semen masih diliputi banyak tantangan. Penjualan semen nasional pada bulan November lalu turun sekitar 5% ketimbang Oktober.
Penurunan terbesar berasal dari Kalimantan, yang mencapai 13%. "Parahnya lagi tak ada daerah di Indonesia yang mencatat kenaikan penjualan," kata Bima.
Dia menambahkan, kelebihan pasokan semen kemungkinan masih berlanjut tahun depan. Ini berarti masih ada potensi penurunan harga jual. Beberapa emiten seperti INTP dan SMGR memang mengerek penjualan ekspor.
SMGR pun telah membentuk anak usaha Semen Indonesia internasional untuk mengurus ekspor. Menurut hitungan Bima, PER industri semen berada di angka 11,9 kali.
Emiten dengan PER mendekati angka tersebut adalah SMGR dan INTP, dengan PER masing-masing 12,6 kali dan 12,7 kali. Sedangkan PER SMCB di angka 17,5 kali. SMBR yang harga sahamnya paling mentereng memiliki PER 95,7 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News