kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek Ciputra Development (CTRA) Tetap Ciamik Meski Diselimuti Katalis Negatif


Rabu, 14 September 2022 / 17:29 WIB
Prospek Ciputra Development (CTRA) Tetap Ciamik Meski Diselimuti Katalis Negatif
ILUSTRASI. Rekomendasi saham Ciputra Development (CTRA)


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dinilai masih cukup apik ke depannya meski dihadang sejumlah katalis negatif. Salah satu sentimen negatif datang dari kenaikan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (7DRRR) menjadi 3,75% pada Agustus 2022 lalu.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menerangkan, kenaikan suku bunga berpotensi mempengaruhi kinerja Ciputra Development terutama dari sisi penjualan lantaran suku bunga KPR turut terkerek.

Namun, Jono memperkirakan dampak kenaikan suku bunga BI tersebut tidak terlalu signifikan. Pasalnya, tingkat suku bunga saat ini masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan posisi pada 10 tahun terakhir.

Teranyar, sentimen negatif lain yang dapat mempengaruhi kinerja Ciputra Development yakni kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan material konstruksi yang dapat menekan profitabilitas emiten.

Meski begitu, Jono menilai CTRA memiliki prospek yang baik ke depannya. Beberapa sentimen yang akan mendorong kinerja Ciputra Development meliputi kebijakan relaksasi loan to value (LTV) atau uang muka untuk kredit properti dari BI yang berlaku sampai Desember 2022 mendatang, serta suku bunga yang dinilai masih rendah.

Baca Juga: Laba Bersih Melonjak, Begini Rekomendasi Saham Ciputra Development (CTRA)

Selain itu, insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian properti yang masih berlaku hingga akhir bulan ini jadi katalis positif untuk CTRA.

Ciputra Development mempunyai kelebihan lain ketimbang emiten properti lainnya, yaitu proyek properti yang terdiversifikasi secara wilayah, terutama proyek di wilayah penghasil komoditas seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

CTRA juga memiliki model bisnis kerjasama operasi atau joint operation dengan pengembang lokal di daerah-daerah yang memungkinkan perseroan untuk ekspansi dengan belanja modal lebih rendah.

"Dari sisi recurring income, dengan jam operasional tempat publik yang sudah normal akan mendorong kinerja mall, hotel, dan rumah sakit yang dimiliki CTRA," ungkapnya pada Kontan, Rabu (14/9).

Secara kinerja, CTRA menorehkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang positif pada semester 1-2022. Emiten ini membukukan pendapatan senilai Rp 4,66 triliun atau meningkat 15,92% dari pendapatan pada semester pertama tahun lalu Rp 4,02 triliun. Sejalan dengan itu CTRA meraih laba bersih Rp 1 triliun atau meroket 107,83% dari periode yang sama tahun lalu.

 

Jono mengungkapkan, kinerja CTRA yang naik di semester I tahun ini didorong oleh penjualan properti, terutama di daerah luar Jawa seperti Sumatra dan Sulawesi yang terkena dampak booming komoditas. Sehingga, marketing sales dan kinerja CTRA lebih unggul dibanding emiten properti lain.

Saham CTRA saat ini diperdagangkan dengan PER di kisaran 9 kali-10 kali, menurut Jono, valuasi CTRA termasuk murah dibandingkan saham yang tergabung dalam indeks sektor properti dengan rata-rata PER di 19 kali. Selain itu, jika dibandingkan nilai aset yang dimiliki, saham CTRA juga memiliki diskon yang besar.

Pada penutupan perdagangan Rabu (14/9), saham CTRA ditutup melemah 2,39% ke harga Rp 1.020 per saham. Jono memberikan rekomendasi buy untuk saham CTRA dengan target di Rp 1.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×