Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Lantas, kontribusi pendapatan ekspor kurang lebih 1% dari total pendapatan KBLI. Bahkan, pendapatan ekspor perusahaan sebenarnya berkurang. Ini mengingat di semester pertama tahun lalu perusahaan sanggup meraup pendapatan ekspor sebanyak Rp 28,78 miliar.
Menurut Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony, upaya peningkatan ekspor yang dilakukan oleh KBLI pada akhirnya akan mendatangkan manfaat bagi kinerja perusahaan. Bukan tidak mungkin laba bersih emiten ini akan kembali melonjak signifikan jika penjualan ekspor produk kabel berhasil.
Baca Juga: Tak Hanya Andalkan PLN, Emiten Kabel Incar Proyek Swasta
Asal tahu saja, KBLI mencetak kenaikan laba bersih sebesar 227,16% (yoy) menjadi Rp 176,73 miliar di semester I-2019. Pendapatan perusahaan juga melonjak 16,31% (yoy) menjadi Rp 1,87 triliun di semester I-2019.
Di sisi lain, KBLI perlu memperhatikan beban bahan baku yang meningkat 17,5% (yoy) menjadi Rp 1,41 triliun pada semester satu lalu.
Chris berpendapat, bisnis KBLI memang dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas seperti tembaga dan aluminium. Keduanya merupakan bahan baku pembuatan kabel.
Namun, KBLI diyakini memiliki stok bahan baku yang bisa digunakan dalam beberapa bulan. “Harusnya beban bahan baku masih bisa terjaga,” katanya.
Baca Juga: Proyek PLN menyumbang besar pendapatan industri kabel
Sementara William menilai, kenaikan beban baku masih cukup wajar bagi KBLI karena di waktu yang sama penjualan emiten tersebut juga meningkat.
Dia pun merekomendasikan beli saham KBLI. Tren kenaikan harga saham KBLI masih bisa berlanjut selama harga di atas level support Rp 565. Ia menargetkan harga saham KBLI berada di kisaran Rp 670—Rp 850 per saham.
Chris juga merekomendasikan beli saham KBLI dengan target Rp 880 per saham. Hari ini, harga saham KBLI naik 4,17% ke level Rp 625 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News