Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pergerakan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) kembali jadi perhatian pasar. Harga saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu itu dilanda aksi jual.
Harga saham BRPT turun hampir 5% ke level Rp 3.120 per saham jelang penutupan sesi pertama perdagangan pertama siang ini. Padahal harga BRPT kemarin sempat menyentuh level tertinggi Rp 3.440 per saham.
"Penurunan lebih karena profit taking, bukan karena fundamentalnya," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priambada, Kamis (27/4).
Sebab, fundamental BRPT cukup menarik. Apalagi setelah muncul sentimen rencana BRPT untuk masuk ke sektor pembangkit listrik geothermal. Ini setelah perseroan ini mengakuisisi mayoritas saham Star Energy Group Holdings Pte Ltd (SEGHL).
Seperti diketahui, Barito bersama Star Energy Investment Ltd dan SE Holdings Limited selaku pemegang saham SEGHL telah menandatangani memorandum of understanding (MoU) jual beli saham SEGHL.
Transaksi tersebut merupakan transaksi afiliasi, sebab BRPT, Star Energy Investment Ltd dan SE Holdings Limited dipegang olah orang yang sama yaitu Prajogo Pangestu. BRPT sudah membayar uang muka sebesar US$ 58,60 juta yang diambil dari fasilitas pinjaman Bangkok Bank Public Company Limited senilai US$ 60 juta pada 21 Desember lalu.
Selain itu, Barito juga akan menjaminkan 850 juta saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) untuk mendapatkan pinjaman sekitar US$ 300 juta dari sindikasi bank.
Sebagaimana diketahui, BRPT telah memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$ 250 juta dari Bangkok Bank Public Company Limited. Perjanjian fasilitas pinjaman tersebut telah ditandatangani kedua pihak pada 24 Maret 2017.
SEGHL, lanjut Reza, merupakan perusahaan yang cukup besar. Dengan meleburnya kedua perusahaan itu, maka produk keluaran BRPT menjadi lebih memverifikasi. Pada akhirnya, hal itu akan memberikan sentimen positif untuk kinerja dan pergerakan harga saham BRPT.
Pasar di sektor energi juga sudah jelas. BRPT bisa menyuplai pasokan energi ke PLN. Sehingga, dari sisi revenue, BRPT sudah aman. Namun, karena profit taking, harga saham BRPT tertekan dan cenderung mengulang posisi harga pada Februari lalu. "Sebaiknya, tunggu menyentuh support Rp 3.090-Rp 3.100 dulu," imbuh Reza.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities lebih optimistis terhadap saham BRPT. Sebab, menurutnya, harga saham BRPT memiliki harga wajar Rp 6.000 per saham. Banyak alasan untuk kembali menyentuh level tersebut.
Akuisisi itu akan membuat bisnis antara BRPT, TPIA, dan Star Energy menjadi lebih terintegrasi. Sumber pendapatannya menjadi lebih beragam yakni dari sektor pembangkit listrik panas bumi dan petrokimia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News