Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus memanas. Kemarin (11/1), harga kontrak CPO di bursa Malaysia pengiriman Maret 2011 bertengger di posisi US$ 1.206,39 per ton. Bahkan, awal tahun 2011, harga komoditas ini sempat menyentuh rekor tertingginya dalam setahun terakhir, yakni US$ 1.267,56 per ton.
Kenaikan harga CPO di pasar internasional tentu akan berimbas terhadap kinerja keuangan para produsen sawit, termasuk PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Namun, Analis Lautandhana Securindo, Muhamad Sugiarto menilai, harga CPO tak akan menanjak terus di tahun ini. Dia menghitung, harga jual rata-rata komoditas energi itu di kisaran US$ 900 per ton. Nilainya lebih tinggi 7% dari harga jual rata-rata CPO 2010 sebesar US$ 839 per ton.
Dus, harga jual rata-rata CPO AALI sepanjang 2011 diperkirakan mencapai Rp 9.000 per kilogram (kg). Angka ini meningkat 21,62% dari harga jual rata-rata tahun 2010 yang senilai Rp 7.400 per kg.
Areal siap panen bertambah
Selain faktor harga, analis melihat produksi anak usaha Grup Astra tersebut pada tahun ini akan meningkat lantaran area tertanam yang siap panen semakin bertambah. "Produksi CPO AALI akan naik karena sebagian lahan tertanamnya mulai menghasilkan," kata Sugiarto.
Sepanjang tahun lalu, lahan tertanam AALI seluas 266.000 hektare (ha). Dari jumlah itu, seluas 207.011 ha atau 77,7% lahan sudah menghasilkan buah sawit. Sisa kebun tertanam yang seluas 59.375 ha belum menghasilkan sawit.
Analis meramalkan kinerja kebun AALI pada tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun lalu. Berdasarkan catatan manajemen AALI, produksi CPO selama 2010 mencapai 1,1 juta ton, atau tumbuh 2,8% dari produksi 2009 yang sebanyak 1,08 juta ton.
Pencapaian tahun lalu antara lain berasal dari produksi tandan buah segar (TBS) pihak ketiga sebesar 618.600 ton, atau menanjak 60,5% dari tahun sebelumnya. Produksi TBS dari kebun inti menurun 0,3% menjadi 3,3 juta ton dan produksi TBS kebun plasma juga menyusut 5,4% menjadi 906.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
