Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi batubara mereka akan naik jadi 12 juta ton pada 2009. Ini artinya, produksi Bukit Asam tumbuh 14,29% dari tahun 2008 yang hanya 10,5 juta ton.
Guna mencapai target itu, langkah akuisisi pertambangan batubara lain merupakan harga mati. "Kami masih meneliti pertambangan di wilayah Kalimantan Timur," ujar Sukrisno, Direktur Utama PTBA, kemarin (11/2).
Namun, ia mengakui pembelian tambang bukan persoalan yang mudah. PTBA harus menelaah dokumen dan meneliti ladang tambang. Jika tidak cermat, bisa-bisa perusahaan pelat merah ini merugi karena cadangan batubara yang terdapat dalam tambang tersebut tidak sesuai dengan isi tawaran. Tidak hanya itu, masalah infrastruktur pun menjadi salah satu pertimbangan PTBA untuk mengakuisisi suatu tambang.
Sukrisno menargetkan akuisisi ini sudah terlaksana pada semester pertama 2009. Selanjutnya, PTBA tinggal mencari satu lahan pertambangan potensial lagi untuk menjadi sasaran akuisisi berikutnya.
Untuk menambah produksi, PTBA memang tak memiliki banyak pilihan. Soalnya, PTBA mulai sulit menaikkan kapasitas produksi tambang batubara PTBA di Sumatera Selatan. Sebab sarana transportasi dari mulut tambang ke pelabuhan terbatas. Proyek rel kereta PTBA bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) belum juga berjalan.
Ganjalan pelaksanaan proyek rel kereta api adalah potensi pungutan pajak Rp 630 miliar. Ini terjadi akibat pengalihan aset dari PT KAI ke PT Trans Sriwijaya, perusahaan patungan PTBA dan PT KAI. "Kami harap, kejelasan pajak ini bisa secepatnya diselesaikan," pungkas Sukrisno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News