Reporter: Dimas Andi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto bertekad untuk melanjutkan proyek-proyek yang sudah dijalankan oleh emiten pertambangan nikel tersebut, seperti proyek smelter di Pomalaa, Bahodopi, dan Sorowako.
Dia menyebut, proyek-proyek tersebut bukan hanya menjadi bentuk komitmen INCO dalam memenuhi kewajiban sebagai pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) saja, melainkan juga bagian dari strategi untuk menaikkan level perusahaan.
Sebelumnya, INCO hanya memiliki satu pilar bisnis nikel di Sorowako. Namun, mulai tahun lalu, INCO sudah memiliki pilar pendapatan baru dari penjualan nikel ore di Pomalaa. Perusahaan ini juga mulai melakukan pengapalan nikel saprolite dari Bahodopi.
“Secara bisnis, Vale kini sudah makin kokoh. Pilarnya jadi tiga. Kami terus optimalkan value yang dimiliki perusahaan,” ujar dia dalam konferensi pers selepas Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Senin (28/7/2025).
Baca Juga: Bernardus Irmanto Jadi Presiden Direktur Vale Indonesia (INCO) yang Baru
Bernardus juga menyadari bahwa pasar nikel memiliki risiko yang beragam. Walau begitu, INCO percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. INCO pun diklaim sebagai salah satu perusahaan tambang nikel dengan cadangan terbesar di Indonesia dan emiten ini masih terus melakukan kegiatan eksplorasi secara intens.
Dalam menjalin kemitraan atau partnership di berbagai proyek, INCO juga punya daya tawar yang tinggi. Ketika berupaya mendapat akses terhadap teknologi pengolahan nikel, INCO selalu mengedepankan kredibilitasnya sebagai perusahaan yang patuh pada aspek good mining practices dan keberlanjutan.
“Kami ingin menjadi perusahaan kelas dunia asal Indonesia dengan komitmen keberlajutan dan jadi pemimpin di situ,” tandas dia.
Secara terpisah, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyampaikan, hasil RUPSLB INCO memang dinantikan pelaku pasar yang menginginkan adanya kepastian sosok pemimpin baru perusahaan tersebut. Keberadaan Presiden Direktur baru pun diharapkan dapat membuat INCO secara konsisten menerapkan prinsip tata kelola usaha yang baik.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Gelar RUPSLB Hari Ini (28/7), Simak Pergerakan Sahamnya
“Tata kelola usaha yang baik akan memudahkan perusahaan meraih peningkatan performa pada masa mendatang,” ujar Nafan, Senin (28/7).
Dia juga mengapresiasi upaya INCO yang menggencarkan berbagai proyek smelter nikel berbasis High Pressure Acid Lead (HPAL) baik di Pomalaa, Bahodopi, maupun Sorowako. Dalam berita sebelumnya, INCO pernah menyebut bahwa nilai investasi ketiga smelter tersebut mencapai US$ 9 miliar. Yang terdekat, smelter HPAL INCO di Pomalaa diproyeksikan selesai pada kuartal IV-2026.
Dengan adanya proyek smelter ini, lanjut Nafan, INCO berpeluang meningkatkan nilai tambah pada produk nikelnya, sehingga kinerja perusahaan ini tumbuh secara eksponensial dalam jangka panjang.
Nafan belum memiliki rekomendasi terbaru untuk saham INCO. Sebelumnya, ia menyarankan sell on strength saham INCO lantaran sudah menembus seluruh target harga di kisaran Rp 3.490—3.830 per saham sekitar dua pekan lalu.
Sementara pada penutupan perdagangan Senin (28/7), saham INCO naik 1,92% ke level Rp 3.720 per saham.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Akan Cari Pendanaan hingga US$ 1,2 Miliar dalam Dua Tahun
Selanjutnya: Thailand-Kamboja Sepakat Gencatan Senjata Mulai Selasa Dini Hari
Menarik Dibaca: Telkom Hadirkan Layanan Digital untuk Efisiensi Koperasi Desa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News