kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.304   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.533   43,20   0,58%
  • KOMPAS100 1.070   7,34   0,69%
  • LQ45 793   -2,68   -0,34%
  • ISSI 254   0,66   0,26%
  • IDX30 409   -1,29   -0,31%
  • IDXHIDIV20 467   -2,82   -0,60%
  • IDX80 120   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 124   0,09   0,07%
  • IDXQ30 131   -0,56   -0,43%

Produksi nikel Vale di tahun 2019 berpotensi lebih rendah


Selasa, 31 Juli 2018 / 14:49 WIB
Produksi nikel Vale di tahun 2019 berpotensi lebih rendah
ILUSTRASI. Produksi nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO)


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - SOROWAKO. Meski mencatat peningkatan laba signifikan di semester I-2018, produksi nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) justru melambat. Sepanjang Januari-Juni 2018, produksi emiten mencapai 36.034 metrik ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 37.331 metrik ton.

Direktur Proses Plant Vale Indonesia Dani Widjadja mengatakan, pelambatan produksi disebabkan adanya major shutdown atau jadwal pemeriksaan berkala. Kondisi tersebut umumnya disesuaikan dengan musim kering, karena sumber tenaga listrik pabrik berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Sebagai informasi, saat ini INCO memiliki empat PLTA yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pabrik produksi nikel. Rencananya, tahun depan akan dilakukan perawatan pada salah satu PLTA INCO di Larona, sehingga akan ada satu lini yang tidak beroperasi.

Selama 15 tahun terakhir, pabrik tambang nikel melakukan major shutdown di April atau setiap semester pertama. Sehingga, sudah bisa dipastikan, produksi semester pertama cenderung lebih sedikit.

"Jadi kemarin itu kita mulai (major shutdown) dari Januari sampai Februari, dan kemudian di April juga ada," jelasnya kepada Kontan, Jumat (27/7).

Selain itu, Dani menjelaskan meskipun dilakukan major shutdown di tahun sebelumnya, namun durasinya berbeda. Sehingga, angka produksinya pun berbeda antara semester pertama tahun lalu dengan sekarang.

"Durasinya tiap tahun enggak sama, tahun ini lebih banyak di paruh pertama dibandingkan tahun lalu," ungkapnya.

Dia pun meyakinkan, bahwa target produksi 2018, yakni 77.000 ton nikel mampu dicapai dan sesuai rencana. Meskipun ada major shutdown, itu dianggap bukan masalah dan tidak mencerminkan kinerja produksi pabrik.

Sementara itu, Direktur Keuangan INCO Febriany Eddy mengungkapkan, akan ada penurunan produksi di tahun mendatang akibat major shutdown. Sekaligus perawatan PLTA di Larona selama 10 minggu.

"Mungkin kuartal pertama antara April atau Juli kita akan shutdown 10 minggu. Tapi kalau turun tidak akan signifikan, atau tidak jauh dari target tahun ini yakni 77.000 ton," jelasnya.

Selain itu, Vale Indonesia juga tengah mengkaji sumber alternatif energi lain sebagai penggerak pabrik. Mengingat, jika terdapat musim berkepanjangan menyebabkan ketidakpastian, yang berdampak pada kinerja pabrik lantaran kurangnya aliran energi dari PLTA.

"Makannya, kita harus ada alternatif energi yang lain," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×