kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Produksi disinyalir melimpah, harga aluminium kian tergerus


Selasa, 13 Maret 2018 / 19:52 WIB
Produksi disinyalir melimpah, harga aluminium kian tergerus
ILUSTRASI.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah ditandatanganinya kebijakan tarif impor baja dan aluminum AS oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, harga komoditas aluminium kian tertekan. Senin (12/3), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) ditutup melemah 1,37% menjadi US$ 2.091 per metrik ton.

Analis PT Asia Tradepoin Futures Andri Hardianto menilai, harga aluminium memang sudah tertekan sejak wacana naiknya tarif impor AS mencuat. "Pasar sudah khawatir bakal terjadi kelebihan pasokan di pasar global, khususnya di Eropa dan Asia," ujarnya, Selasa (13/3).

Memang, selain Kanada dan Meksiko, negara lain berpeluang meminta pengecualian kebijakan tarif impor kepada AS. Namun, menurut Andri, pasar masih belum sepenuhnya yakin dengan implementasi kebijakan ini. Oleh karena itu, selama sentimen ini masih berkembang, laju harga aluminium akan tetap tertahan.

Menurut Andri, pelemahan harga semakin diperparah dengan kondisi stok aluminium di Cina yang masih berada di level cukup tinggi. Stok komoditas ini di Shanghai Futures Exchange (SHFE) per 12 Maret lalu naik dari 2,21 juta metrik ton menjadi 2,26 juta metrik ton.

Selain itu, smelter China yang ditutup selama libur musim dingin dan tahun baru China juga akan mulai berproduksi kembali pada Kamis (15/3) nanti. "Kekhawatiran pasar terhadap naiknya tingkat produksi dan cadangan semakin bertambah," imbuh Andri.

Ia menilai, kebijakan proteksionisme AS berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi global. Dampaknya, permintaan serta harga komoditas terancam. Ia memperkirakan harga aluminium sepekan ke depan masih akan berada di kisaran US$ 2.000-US$ 2.120 per metrik ton.

Secara teknikal, Andri melihat saat ini harga aluminium masih berada di bawah garis moving average (MA) 50, 100, maupun 200. Adapun, indikator RSI berada di area netral di level 47,2 dan stochastic di level 27,5. Sementara, indikator MASCD berada di area negatif di level 0,041 yang menguatkan indikasi bearish terhadap tren harga aluminium.

Prediksi Andri, Rabu (14/3), harga logam industri ini akan bergerak di kisaran US$ 2,050-US$ 2,100 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×