kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi dipangkas, harga batubara memanas


Rabu, 21 September 2016 / 07:59 WIB
Produksi dipangkas, harga batubara memanas


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Turunnya produksi batubara membuat harganya terus melambung. Mengutip Bloomberg, Senin (19/9) harga batubara kontrak pengiriman November 2016 di ICE Futures Exchange menguat 1,6% menjadi US$ 72 per metrik ton.

Asal tahu saja, ini adalah rekor harga tertinggi sejak September 2014. Bila dihitung selama sepekan terakhir, harga batubara sudah terbang 4,4%.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan, harga batubara menguat karena permintaan komoditas ini tinggi, terutama dari kawasan Asia. "Sebagai konsumen terbesar, permintaan batubara dari Tiongkok diprediksi terus meningkat hingga tahun 2017," ujar dia.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, menyatakan, permintaan batubara dari kawasan Asia memang kembali membaik. "Permintaan batubara meningkat dari Jepang, Taiwan dan Korea Selatan," lanjutnya.

Jepang dan Korea Selatan telah menyatakan untuk meningkatkan impor batubara di masa mendatang. Kedua negara di Asia Timur ini berniat memperkecil impor gas alam cair yang harganya lebih tinggi ketimbang batubara.

Kenaikan permintaan batubara juga masih terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, khususnya untuk pendingin di musim panas. Penggunaan bahan bakar ini semakin tinggi lantaran Eropa mengalami musim panas terpanasnya dalam lebih dari satu abad terakhir.

Sementara, produksi batubara kian berkurang seiring dengan ditutupnya tambang batubara di berbagai negara, khususnya di China. Pemerintah negeri tirai bambu ini memangkas kapasitas produksi batubara tahun ini hingga sekitar 250 juta ton.

Indonesia juga melakukan hal yang sama. Pemerintah membatasi produksi batubara dalam negeri jadi 400 juta ton dari produksi tahun lalu yang capai 460 juta ton. Alhasil, Deddy memprediksi harga batubara hingga akhir tahun ini bisa mencapai US$ 74,80 per metrik ton.

Nah, menjelang musim dingin, permintaan batubara diprediksi semakin melonjak. Barang tambang ini digunakan sebagai bahan bakar pemanas. Jadi, ada peluang harga batubara akan terus naik.

Meski laju kenaikan tidak terlalu kuat, tetapi harga akan sulit mengalami koreksi dalam. Wahyu memperkirakan harga batubara mampu menanjak ke US$ 75 per metrik ton sampai akhir tahun.

Secara teknikal, Deddy melihat batubara bergerak di atas moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif 1,45 sehingga mendukung tren penguatan harga.

Namun, indikator stochastic overbought ada di posisi 99, mengindikasikan risiko koreksi jangka pendek. Demikian juga dengan relative strength index (RSI) yang overbought di level 74.

Hari ini (21/9), Deddy memprediksi harga batubara akan melemah dengan kisaran pergerakan US$ 71,80-US$ 73,20 per metrik ton. Sedangkan Wahyu menganalisis bahwa dalam sepekan ke depan harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 71,00-US$ 74,00 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×