Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) tak agresif menggenjot produksi batubara di tahun ini. HRUM menargetkan bisa produksi 12 juta ton batubara, sama dengan produksi tahun lalu.
Ini sejalan dengan upaya pemerintah mengendalikan produksi batubara. Pemerintah menetapkan, target produksi batubara nasional tahun ini sebanyak 397 juta ton, dengan kewajiban memasok ke pasar domestik 95,6 juta ton. Target produksi ini lebih rendah ketimbang realisasi produksi batubara nasional Januari-November 2013 yang mencapai 421 juta ton, dengan kewajiban pasok domestik sebanyak 89 juta ton.
Manajemen HRUM menyatakan, pembatasan produksi akan efektif menyeimbangkan pasokan dan permintaan batubara dunia jika pemerintah disiplin menerapkan pembatasan produksi batubara.
Lantaran tak agresif, belanja modal HRUM di tahun ini pun menurun 33% menjadi US$ 10 juta. Sementara untuk volume penjualan batubara, HRUM hanya menargetkan 13,2 juta ton tahun ini, meningkat 10% dari tahun lalu.
Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra mengatakan, langkah HRUM membatasi produksi batubara merupakan strategi yang tepat. "Semua emiten sektor batubara memang sedang fokus pada efisiensi biaya produksi," kata dia. Apalagi, harga batubara masih susah beranjak naik.
Toh begitu, Erindra Krisnawan dan Laura Taslim, analis CIMB memproyeksikan, penjualan HRUM di tahun ini bakal meningkat 4% menjadi 13 juta ton. Dalam risetnya, 28 Januari 2014, kedua analis itu menebak, harga jual batubara HRUM bisa mencapai US$ 67,4 per ton, atau naik 2,27% dari harga jual tahun lalu sebesar US$ 65,9 per ton.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo bilang, ada potensi penurunan permintaan batubara tahun ini. Ini karena ekonomi China masih melambat. "Harga batubara bisa kembali menanjak jika ekonomi China membaik. Maklum, China adalah tujuan ekspor batubara dari Indonesia," ujar dia.
Tahun lalu, impor batubara China melambat dibandingkan 2012. Tahun 2012, impor batubara China tumbuh 57%.
Nah, agar kinerja HRUM tak tertekan, menurut Erindra dan Laura, HRUM harus memperbaiki manajemen biaya. Caranya bisa dengan mengurangi nisbah kupas (stripping ratio).
Selain itu, juga dengan mengakuisisi tambang batubara untuk menambah cadangan. Maklum, cadangan batubara HRUM semakin mengecil. Fajar menghitung, cadangan batubara HRUM hanya akan bertahan sampai enam tahun ke depan.
Tahun lalu, Erindra dan Laura memperkirakan, pendapatan HRUM turun 25,9% menjadi US$ 772 juta. Namun, di tahun ini, keduanya yakin, kinerja HRUM akan bangkit.
Pndapatan HRUM bisa tumbuh 8,67% menjadi US$ 839 juta. Begitu juga, laba bersih HRUM di tahun ini berpotensi naik 41,2% menjadi US$ 58,72 juta dari estimasi tahun lalu sebesar US$ 41,59 juta.
Karena alasan tersebut, Erindra dan Laura masih menyarankan add untuk saham HRUM dengan target harga Rp 3.650 per saham. Serupa, Satrio merekomendasikan buy saham HRUM dengan target harga Rp 3.500.
Tapi, Fajar merekomendasikan hold saham HRUM dengan target harga Rp 2.400. Kemarin, harga HRUM naik 2,33% ke Rp 2.415.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News