kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Produk SBN atau Reksadana Pendapatan Tetap, Mana yang Lebih Cuan?


Sabtu, 09 September 2023 / 22:38 WIB
Produk SBN atau Reksadana Pendapatan Tetap, Mana yang Lebih Cuan?
ILUSTRASI. Obligasi Negara.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto

3. Waktu dan tempat pembelian

Produk reksadana lebih gampang dibeli dan dijual kembali. Investor bisa membeli produk reksadana pendapatan tetap kapanpun dan di mana pun berada melalui manajer investasi dan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD).

Sementara, produk SBN bisa dibeli langsung ke penerbit obligasi dan juga mitra distribusi yang ditunjuk pemerintah. Pembelian dilakukan pada masa penawaran perdana secara online, serta masa penjualan kembali atau pencairan sangat terbatas yang bisa dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu.

Baca Juga: Atur Kembali Portofolio Investasi Saat Perekonomian Lebih Baik

4. Tingkat likuiditas

Investor bisa mencairkan reksadana pendapatan tetap kapan saja, dan hanya membutuhkan waktu 3-5 hari kerja. Sedangkan, aset SBN memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dibandingkan dengan reksadana.

Pada umumnya, obligasi di pasar sekunder relatif lebih sulit untuk dicairkan dan membutuhkan waktu, serta upaya yang lebih lama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan obligasi tersebut.

5. Keuntungan atau imbal hasil

Pada reksadana pendapatan tetap, potensi keuntungan atau imbal hasil akan fluktuatif sesuai dengan kondisi pasar, namun reksa dana pendapatan tetap yang dikelola aktif berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih terjaga.

Sementara untuk SBN, investor akan menerima pembayaran kupon secara berkala, dan pemerintah (pihak penerbit) akan melunasi saat SBN jatuh tempo. Angkanya pun sudah ditentukan di awal.

6. Tingkat risiko

Risiko berinvestasi di SBN berkaitan dengan kondisi ekonomi global dan domestik yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar surat utang. Dari sisi risiko gagal bayar, obligasi korporasi jauh lebih berisiko dibandingkan SBN.

Tingkat risiko ketika berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap sangat bergantung dengan kinerja pasar obligasi. Portofolio yang dikelola oleh manajer investasi menjadi pembeda tingkat risiko dibandingkan SBN.

Baca Juga: MI Optimistis Dana Kelolaan Bisa Tumbuh hingga Akhir Tahun

Dari penjelasan di atas, Freddy berharap investor bisa mempertimbangkan sendiri aset yang cocok sebagai portofolio investasi. Pemilihan antara SBN dan reksadana sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan juga kemampuan finansial masing-masing investor.

Untuk yang memiliki banyak waktu dan pengetahuan yang cukup, SBN bisa dijadikan salah satu pilihan. Namun bagi yang tidak, reksadana pendapatan tetap dapat dijadikan pilihan dengan modal investasi yang minimal, beragam efek portofolio, dan dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×