Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Beban terbesar bagi poundsterling datang dari katalis negatif yang dilemparkan oleh sang perdana menteri ke pasar global hari ini. Imbasnya GBP/AUD pun tersungkur tajam.
Mengutip Bloomberg, Selasa (4/10) pukul 16.55 WIB pasangan GBP/AUD merosot tajam sebesar 0,55% di level 1,6642 dibanding hari sebelumnya.
Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka mengungkapkan kemerosotan tajam poundsterling terjadi setelah Perdana Menteri Inggris, Theresa May menegaskan bahwa mulai Maret 2017 mendatang artikel 50 mengenai pelaksanaan hengkangnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa harus sudah dilakukan.
“Tentunya ini kembali menenggelamkan poundsterling, sehingga data ekonomi yang positif dari Inggris tidak mampu membuat GBP/AUD unggul tapi hanya sebatas menjadi daya tahan,” jelas Tonny.
Memang data konstruksi Inggris September 2016 tumbuh dari 49,2 menjadi 52,3, seharusnya ini bisa jadi tenaga bagi GBP. Dari sisi AUD sendiri katalis positif datang dari keputusan Reserve Bank of Australia untuk mempertahankan suku bunga RBA di level 1,5%. Ini sesuai dengan harapan pasar yang kemudian melambungkan posisi aussie.
Ditambah lagi Gubernur RBA yang baru yakni Philip Lowe mengatakan saat ini perekonomian Australia bergerak secara moderat sesuai harapan RBA. Pelemahan di sektor pertambangan mampu ditutupi oleh geliat positif dari sektor properti.
Keterpurukan GBP/AUD terjadi karena kontrasnya pandangan pasar mengenai prospek ekonomi kedua negara. Inggris dengan penerapan Brexit nantinya di akhir kuartal satu 2016 akan membuat poundsterling tertekan lebih dalam akibat proyeksi ekonomi yang diragukan, sementara aussie diunggulkan pasca mengempisnya peluang RBA memangkas suku bunganya lagi dalam waktu dekat.
Tonny memperkirakan pasangan GBP/AUD berpeluang lanjutkan pelemahan terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News