Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak hampir 3% di awal pekan ini. IHSG melesat 192,42 poin atau terbang 2,90% ke level 6.830,88 pada perdagangan Senin (17/2).
Lompatan IHSG kemarin sejalan dengan kenaikan indeks saham blue chip LQ45 dan IDX30, yang masing-masing menguat 3,11% dan 3,20%. Meski begitu, performa IHSG, LQ45 maupun IDX30 masih memerah jika diakumulasi secara year to date.
Ketiga indeks tersebut masing-masing mengalami penurunan -3,52%, -3,65% dan -2,34%. Dalam momentum ini, pelaku pasar masih punya kesempatan untuk menjaring saham-saham yang berpotensi naik usai sebelumnya menukik.
Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing Saat IHSG Melonjak di Awal Pekan
Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas Reyhan Pratama mengamati penguatan IHSG masih bersifat technical rebound. Lonjakan IHSG ditopang oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) perbankan serta saham-saham milik taipan Prajogo Pangestu.
Reyhan memperkirakan technical rebound IHSG masih berpotensi lanjut dengan menguji resistance di area 6.930 - 6.950.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi mengamini, IHSG maupun saham penopangnya seperti saham Prajogo Pangestu sedang mengalami technical rebound.
Mayoritas saham Prajogo Pangestu sebelumnya melemah cukup signifikan, bahkan ada yang mencapai auto rejection bawah. Begitu juga sejumlah big bank yang telah melemah signifikan, sebelum terangkat oleh sentimen positif dari aksi pembelian kembali saham (buyback).
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Indri Liftiany menambahkan, pelemahan IHSG membuat banyak saham yang sudah "terdiskon". Investor pun biasanya memiliki psikologis yang cukup kuat untuk membeli saham-saham big cap pada harga yang rendah.
Baca Juga: Bursa Asia Dibuka Beragam Selasa (18/2), Pernyataan Presiden Xi tentang Sektor Swasta
Dus, pelemahan yang telah terjadi cukup signifikan bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk mengoleksi kembali. Indri melihat saham big bank yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menarik dilirik.
Hanya saja, masih perlu mencermati aliran dana dari investor asing (capital inflow) yang menjadi indikator penting untuk mengkonfirmasi penguatan lanjutan. Indri pun menyarankan untuk mengoleksi secara bertahap alias cicil beli saham bank sambil menunggu konfirmasi tersebut.
Direktur Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus sepakat, capital inflow menjadi faktor krusial untuk mengukur prospek saham-saham yang sebelumnya downtrend. Jika belum ada dukungan dari capital inflow, maka saham-saham big cap yang downtrend masih sulit untuk berbalik arah.