Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Hal ini membuat IHSG bisa terkoreksi meskipun asing membukukan net buy besar dalam satu sesi. Ia menilai net buy asing menjelang akhir tahun tetap bisa menopang saham-saham kapitalisasi besar, meski tidak menjamin tercapainya rekor tertinggi baru tanpa dukungan investor lokal.
Potensi koreksi juga masih terbuka mengingat valuasi beberapa sektor sudah mendekati rerata historis. Selain itu, aksi window dressing domestik biasanya tidak seragam.
Menurut Harry, dampak net buy asing lebih pada menjaga stabilitas dan mengurangi volatilitas, bukan mendorong reli tajam. Ia memproyeksikan IHSG berada di level 8.120 pada akhir 2025 dengan asumsi price to earnings ratio 13 kali.
Baca Juga: Antisipasi Rilis Kinerja Emiten dan Aksi Window Dressing, Cek Saham Pilihan Analis
Sementara itu, Nico menilai peluang IHSG mencetak rekor baru tetap ada jika capital inflow meningkat. Ia menyebut rotasi sektor menjelang 2026 sebagai dorongan tambahan.
Audi menambahkan bahwa sentimen positif saat ini lebih dominan. Spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps, meredanya isu shutdown AS, serta terbatasnya tekanan tarif AS setelah pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dinilai membuka ruang bagi kenaikan pasar.
Selain itu, rebalancing indeks global seperti MSCI dan FTSE yang memasukkan emiten Indonesia turut memberi dorongan kuat. Stabilitas makroekonomi Indonesia yang solid juga menjadi faktor pendukung utama.
Nico menilai sektor perbankan, energi, teknologi, industri, basic material, properti, serta consumer non-cyclical memiliki peluang diburu asing hingga akhir tahun.
Ia merekomendasikan saham BBNI, BMRI, BRIS, BBCA, ANTM, dan BSDE dengan target harga masing-masing Rp 5.000, Rp 5.400, Rp 3.260, Rp 10.490, Rp 3.760, dan Rp 1.230.
Baca Juga: Emiten BUMN Bisa Jadi Pintu Masuk Dana Asing, Cermati Rekomendasi Sahamnya
Ia juga menilai INDF, ICBP, AALI, LSIP, dan ADRO layak dilirik dengan target harga Rp 9.500, Rp 12.240, Rp 8.180, Rp 1.730, dan Rp 2.400 per saham.
Harry melihat minat asing di luar perbankan mulai mengarah ke sektor komunikasi, energi terutama gas dan downstream oil, serta emiten consumer terpilih dengan margin yang membaik.
Ia menyebut investor asing kini lebih selektif pada emiten dengan pertumbuhan pendapatan stabil, tata kelola kuat, serta likuiditas tinggi. Rekomendasi beli diberikan untuk TLKM, ICBP, dan BBCA dengan target masing-masing Rp 3.900, Rp 12.800, dan Rp 9.600.
Audi menilai saham TLKM, BRMS, ASII, dan BREN masih menjadi tujuan aliran dana asing.
Baca Juga: Dana Asing Kembali Masuk ke Pasar Saham, Saham Mana yang Jadi Favorit?
Ia merekomendasikan beli TLKM dan ASII dengan target Rp 3.900 dan Rp 6.750. Untuk BRMS dan BREN, rekomendasi trading buy diberikan dengan target Rp 1.190 dan Rp 10.800 per saham.
Selanjutnya: Porsi DMO Batubara Bakal Naik Lebih dari 25%, Harga US$ 70 per Ton Perlu Dievaluasi?
Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













