Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja portofolio saham beberapa emiten investasi diperkirakan tetap solid dan bahkan dapat memperkuat performa mereka pada semester II tahun 2024.
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyatakan bahwa mereka akan tetap fokus pada empat sektor utama dalam portofolio investasinya hingga akhir tahun 2024.
Investor Relations SRTG, Ryan Sual, mengungkapkan bahwa Saratoga terus memperluas dan mendiversifikasi portofolio investasinya. Fokus utama mereka adalah sektor kesehatan, konsumen, infrastruktur digital, dan ekonomi hijau, termasuk energi baru dan terbarukan.
“Saratoga berkomitmen untuk mengembangkan portofolio investasi agar dapat menghasilkan kinerja positif dan berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujar Ryan dalam wawancaranya dengan Kontan, Rabu (4/9).
Baca Juga: Ini 4 Sektor Fokus Investasi Saratoga Investama (SRTG) di Sisa Tahun Ini
Secara rinci, investasi SRTG di saham perusahaan blue chip pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 39,53 triliun, mengalami penurunan dari Rp 40,24 triliun pada akhir Desember 2023.
Portofolio blue chip SRTG mencakup saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Kepemilikan SRTG di TBIG mencapai 9,37% dengan nilai wajar sebesar Rp 4,02 triliun, sementara di MDKA mencapai 18,85% dengan nilai wajar Rp 10,97 triliun.
Untuk saham ADRO, SRTG memiliki kepemilikan langsung sebesar 3,67% dengan nilai wajar Rp 3,27 triliun, serta kepemilikan tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Capital (ASC) sebesar 25% dengan nilai wajar Rp 7,34 triliun.
Selain itu, SRTG juga memiliki kepemilikan tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Lestari (ASL) sebesar 29,79% dengan nilai wajar Rp 2,92 triliun.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Untuk Saham MAIN, MDKA, TBIG
Sementara itu, PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) mengungkapkan optimisme terhadap sektor-sektor pilihan dalam portofolio investasinya untuk tahun 2024.
PALM tetap yakin dengan sektor pertambangan meskipun harga komoditas mengalami fluktuasi.
Direktur Investasi dan Portofolio PALM, Ellen Kartika, mengatakan bahwa perseroan tidak akan melakukan rotasi sektor investasi di tahun 2024 dan tetap fokus pada tiga sektor utama: sumber daya alam (SDA), logistik dan pergudangan, serta teknologi, media, dan komunikasi.
“Provident Investasi memiliki horizon investasi menengah hingga panjang,” ujar Ellen kepada Kontan, Rabu (4/9).
Saat ini, PALM menilai kinerja saham dan fundamental dari portofolio investasi mereka di sektor SDA tetap kuat. PALM memiliki saham di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), didorong oleh potensi sumber daya mineral dan kemitraan dengan perusahaan baterai EV kelas dunia.
“Dengan realisasi proyek strategis MDKA dan MBMA, kami yakin nilai investasi kami akan meningkat,” tambahnya.
Baca Juga: Saham MBMA, BBRI dan BBNI Masuk Daftar Top Net Buy Asing dalam Sepekan
Kepemilikan PALM terhadap MBMA dilakukan melalui entitas anak, PT Suwarna Arta Mandiri (SAM), dengan persentase 1,96%, serta melalui anak usaha lainnya, PT Alam Permai (AP), dengan persentase 5,43%.
SAM juga memiliki 5,43% saham MDKA. Nilai wajar saham MDKA mengalami penurunan dari Rp 3,63 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp 3,2 triliun pada Juni 2024.
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) tetap menunjukkan minat pada sektor barang konsumsi yang dianggap luas dan prospektif, sejalan dengan bisnis media multiplatform dan talent yang dikelola perseroan. Namun, EMTK belum merinci rencana investasi baru hingga akhir tahun 2024.
“Emtek selalu terbuka untuk mengevaluasi peluang investasi atau akuisisi yang dapat meningkatkan nilai bagi stakeholder,” ujar SVP Corporate Development Emtek, Andya Daniswara, kepada Kontan, Rabu (4/9).
EMTK memiliki kepemilikan di saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Cardig Aero Services Tbk (CASS). Kepemilikan EMTK di BUKA sebesar 24,62% atau Rp 25,11 triliun.
Pendapatan EMTK dari BUKA tercatat Rp 2,41 triliun, dengan rugi komprehensif Rp 921,07 miliar.
Baca Juga: Sejak Pertama Masuk 2020 Hingga Sekarang, Saham SAME Tak Henti Diborong Emtek (EMTK)
Andya menambahkan bahwa konsolidasi keuangan CASS telah mendukung pertumbuhan kinerja keuangan EMTK sejak Mei 2024. EMTK kini menjadi pemegang saham pengendali CASS dengan kepemilikan 51%, memberikan diversifikasi bisnis tambahan yang penting bagi Emtek Group.
Di sisi lain, PT Astra Internasional Tbk (ASII) memiliki kepemilikan di saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masing-masing sebesar Rp 1,5 triliun dan Rp 926 miliar.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengamati bahwa harga komoditas saat ini tinggi. Kinerja portofolio investasi mereka diperkirakan akan meningkat seiring dengan fluktuasi harga komoditas.
“Selama konflik Ukraina-Rusia berlanjut, harga komoditas dan energi akan tetap tinggi. Ketika The Fed menurunkan suku bunga, harga komoditas kemungkinan akan terus naik,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (4/9).
Sementara itu, saham teknologi seperti GOTO dan BUKA menghadapi tantangan karena kerugian yang signifikan. “Namun, GOTO terlihat lebih prospektif dibandingkan BUKA karena GOTO menuju EBITDA positif. Sementara BUKA masih belum memiliki arah bisnis yang jelas, termasuk penggunaan dana IPO,” paparnya.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Defensif di Tengah Alarm Pelemahan Ekonomi dan Koreksi IHSG
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menilai bahwa kinerja emiten dapat terbantu oleh sektor-sektor pilihan dalam portofolio mereka, terutama PALM dan SRTG yang berfokus pada sektor komoditas.
“Fluktuasi nilai komoditas dapat mempengaruhi keuntungan neto investasi emiten seperti PALM dan SRTG. Kedua emiten ini masih memegang saham berbasis tambang dalam portofolio mereka,” jelasnya.
Untuk semester II 2024, Khaer memperkirakan bahwa kinerja SRTG akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan enam bulan pertama tahun ini, seiring dengan kenaikan harga komoditas global, terutama logam dan emas.
“Ini dapat berdampak positif pada harga jual rata-rata (ASP) emiten selama periode tersebut,” ungkapnya.
Khaer merekomendasikan trading buy untuk PALM dengan target harga Rp 396 per saham, sementara SRTG direkomendasikan untuk wait and see.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo, melihat pergerakan saham SRTG berada pada level support Rp 1.740 per saham dan resistance Rp 2.500 per saham. William merekomendasikan buy on weakness untuk SRTG dengan target harga Rp 2.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News