kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga Nikel Tertekan, Simak Prospek Kinerja Emiten Nikel di Tahun Ini


Rabu, 13 Maret 2024 / 18:00 WIB
Harga Nikel Tertekan, Simak Prospek Kinerja Emiten Nikel di Tahun Ini
ILUSTRASI. analis memberikan rekomendasi saham dan prospek kinerja emiten nikel di tahun 2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel tercatat masih turun, meskipun mulai mengalami kenaikan dalam sebulan terakhir.

Melansir Trading Economics, Rabu (13/3), harga nikel turun 20,07% secara tahunan. Namun, harga nikel sudah naik 14,49% dalam sebulan terakhir ke US$ 18.325 per ton.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, harga nikel memang tengah mengalami tekanan di sepanjang tahun 2023.

Kondisi surplus produksi memicu penurunan harga nikel secara signifikan. Sebagai contoh, harga nikel LME sejak awal kuartal IV 2023 menjadi di bawah US$ 17.000 per ton.

Menurut Khaer, penurunan harga tersebut berkaitan dengan pasokan nikel kelas 1 yang secara tak terduga mengalami peningkatan kuat dan telah melebihi permintaan.

Baca Juga: Harga Nikel Masih Turun, Begini Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emitennya

“Ini sebagian juga didorong oleh aliran produksi nikel China yang dipelopori oleh Huayou pada Juli 2023 ke gudang nikel LME,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (13/3).

Namun, meskipun terjadi peningkatan di awal tahun 2024, tetapi harga nikel global akan cukup tertekan dengan proyeksi rata-rata harganya akan berada di kisaran US$ 20.000 per ton pada 2024.

Proyeksi tersebut lebih rendah 7,07% - 10% jika dibandingkan dengan rata rata harga jualnya di sepanjang tahun 2023 yang berada di level US$ 21.521 per ton.

Salah satu sentimen stagnansi harga nikel di tahun 2024 adalah peningkatan pasokan nikel dari negara-negara produsen utama, seperti China, Indonesia, dan Filipina.

“Di sisi lain, permintaan nikel juga akan cukup menurun, seiring dengan munculnya teknologi baterai kendaraan listrik berbasis lithium iron phosphate (LFP) sebagai pengganti baterai nikel,” ungkapnya.

Di tengah sentimen ini, Khaer menilai, emiten nikel yang bisa dilirik investor adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Pada tahun 2023, INCO masih mencatatkan pertumbuhan kinerja di tengah penurunan harga nikel.

Melansir laporan keuangan INCO di Bursa Efek Indonesia, Rabu (13/3), laba bersih INCO naik 36,89% menjadi US$ 274,33 juta sepanjang 2023. Sebagai perbandingan, laba bersih INCO di tahun 2022 hanya US$ 200,40 juta.

INCO meraup pendapatan bersih senilai US$ 1,23 miliar per akhir 2023. Realisasi pendapatan Vale Indonesia naik 4,5% dari pendapatan di periode 2022 sebesar US$ 1,17 miliar.

 

Menurut Khaer, Average Selling Price (ASP) atau harga jual rata-rata nikel INCO diperkirakan akan berkisar di US$ 13.260 per ton di tahun 2024.

“Harga tersebut lebih rendah seiring pula volume produksi nikel yang kemungkinan tetap bertahan pada tingkat tinggi,” ujarnya.

Khaer pun mempertahankan rekomendasi netral untuk INCO dengan target harga Rp 4.680 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×