kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

GOTO dan BUKA Merugi, Simak Prospek Kinerja Emiten E-Commerce


Senin, 25 Maret 2024 / 21:32 WIB
GOTO dan BUKA Merugi, Simak Prospek Kinerja Emiten E-Commerce
ILUSTRASI. Kinerja emiten e-commerce seperti GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan Bukalapak.com (BUKA) masih terseok-seok.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja emiten e-commerce masih terseok-seok. Sebagai gambaran, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) masih mencatatkan kerugian di tahun 2023.

GOTO membukukan kenaikan rugi sebesar 124% secara secara tahunan atau year on year (YoY) ke Rp 90,39 triliun di tahun 2023. 

Kerugian itu terjadi di tengah kenaikan pendapatan GOTO di tahun lalu. GOTO mencatatkan pendapatan Rp 14,78 triliun di tahun 2023, naik 30,28% secara tahunan.

Direktur Keuangan Grup GoTo, Jacky Lo mengatakan, peningkatan kerugian disebabkan oleh pencatatan pembalikan nilai goodwill (goodwill reversal) senilai Rp78,8 triliun. 

Baca Juga: Saham GOTO Direkomendasikan Beli Meski Rugi Membengkak 124%, Segini Target Harganya

Pembalikan nilai goodwill ini merupakan dampak dari transaksi Tokopedia dan TikTok yang mengakibatkan hilangnya pengendalian GoTo terhadap Tokopedia dimulai 1 Februari 2024. 

“Rugi yang diakibatkan pembalikan nilai goodwill tersebut bersifat tidak berulang (non-recurring), nonkas, dan tidak berdampak kepada EBITDA yang disesuaikan maupun arus kas GOTO,” ujar Jacky dalam keterangan resmi, 19 Maret 2024.

Di sisi lain, EBITDA Grup yang disesuaikan pada kuartal IV 2023 mengalami perbaikan menjadi sebesar Rp 77 miliar, atau 0,05% dari gross transaction value (GTV). 

Baca Juga: Setelah Umumkan Kinerja dan Akan Buyback Saham, Analis Ini Ubah Rekomendasi GOTO

EBITDA Grup yang disesuaikan sebelumnya tercatat minus Rp 942 miliar di kuartal III 2023 dan minus Rp 3,1 triliun di kuartal IV 2022. 

“GTV Grup pada kuartal IV 2023 tumbuh 8% dibanding kuartal sebelumnya, dan 1% dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Jika dirinci berdasarkan segmennya, GTV on-demand services naik 4% secara kuartalan dan turun 13% secara tahunan. Lalu, GTV e-commerce: naik 5% secara kuartalan dan turun 10% secara tahunan. Sementara, GTV fintech naik 8% secara kuartalan dan naik 5% secara tahunan.

Biaya operasional alias operating expenses (opex) GOTO juga tercatat turun 45% secara tahunan ke Rp 19,9 triliun pada tahun 2023. Operating loss juga membaik 66% secara tahunan menjadi Rp 10,3 triliun di tahun lalu.

Baca Juga: GOTO dan BUKA Merugi Tahun Lalu, Simak Prospek Kinerjanya

Sementara, BUKA menderita rugi bersih sebesar Rp 1,36 triliun di tahun 2023. Ini berbalik dari laba bersih senilai Rp 1,98 triliun di tahun 2022.

Kerugian ini terjadi di tengah kenaikan pendapatan. Bukalapak membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 4,43 triliun pada 2023. Ini meningkat 22,66% yoy, dari Rp 3,61 triliun. 

Kerugian tersebut disebabkan oleh beban operasional yang tinggi dan ditambah rugi nilai investasi.

BUKA mencatatkan rugi atas nilai investasinya sebesar Rp 1,22 triliun. Angka itu berbalik dari laba atas nilai investasi sebesar Rp 3,93 triliun di 2022. 

Baca Juga: Bahana Sekuritas Prediksi, Bank Jago Akan Jadi Senjata GOTO, Ini Pertimbangannya

Presiden Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan, Mitra Bukalapak terus mencatatkan peningkatan. Pendapatan Mitra pada kuartal IV 2023 meningkat 14% YoY menjadi Rp 597 miliar. 

Dalam tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023, Pendapatan Mitra BUKA meningkat 11% menjadi Rp 2,195 miliar dari tahun 2022. 

“Pertumbuhan di divisi Online to Offline (O2O)Ini didorong oleh peningkatan dalam campuran produk dan ragam penawaran layanan yang lebih luas bagi para Mitra,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (23/3).

Sebanyak 70% dari total processing value (TPV) BUKA berasal dari luar wilayah Tier 1 Indonesia. Perusahaan pun terus melihat pertumbuhan yang kuat dalam penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di kalangan toko ritel mikro offline. 

“Bisnis O2O mewakili 54% dari pendapatan grup pada kuartal IV 2023,” paparnya.

Baca Juga: Pasca Umumkan Kinerja, GOTO Berencana Bersihkan Goodwill, Ini Kata Analis

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji melihat, kinerja GTV dan nilai barang dagangan kotor (GMV) kedua emiten itu mengalami kenaikan per kuartal IV 2023, meskipun mencatat rugi.

“BELI juga kemungkinan akan tidak beda jauh kinerjanya di tahun 2023 kemarin,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).

Menurut Nafan, emiten e-commerce mengandalkan tingkat daya beli masyarakat. Dengan kondisi makroekonomi Indonesia saat ini, kemungkinan masih ada kesempatan untuk memperbaiki kinerja.

Namun, kemungkinan pertumbuhannya masih lambat, apalagi untuk sampai mencetak profit.

”Sektor teknologi secara keseluruhan juga masih lagging dan belum ada tanda-tanda membaik. Sebaiknya investor menunggu dulu sampai kinerja emiten membaik,” tuturnya.

Nafan pun merekomendasikan speculative buy untuk GOTO dengan target harga di area Rp 63 per saham-Rp 76 per saham.

Baca Juga: Bank Digital Pesta Laba, Tapi Sahamnya Tetap Tak Berdaya

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, kerugian BUKA disebabkan oleh kerugian investasi, salah satunya di saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).

“Itu karena harga sahamnya turun. Tapi, tidak masalah juga, karena BUKA pernah untung dari investasi ini,” ujarnya kepada Kontan, Senin (25/3).

Menurut Teguh, turunnya kinerja BUKA dan GOTO tidak ada kaitannya dengan tren musim dingin teknologi (winter tech) yang tengah melanda dunia.

”Kedua emiten itu memang belum untung secara operasional sejak beroperasi. Winter tech baru terjadi sekitar tahun 2021. Sementara, biaya operasional mereka memang sudah tinggi, sehingga belum profit,” paparnya.

Baca Juga: Gojek Tokopedia (GOTO) Menderita Rugi Bersih Rp 90,39 Triliun di 2023, Ini Pemicunya

Jika melihat kinerja secara keseluruhan, BUKA masih mempunyai arus kas yang lebih baik dibandingkan GOTO. Di sisi lain, BUKA juga masih memiliki kapitalisasi pasar Rp 14,85 triliun. Hal itu pun membuat harga saham BUKA juga masih cenderung lebih bagus dan murah.

Namun, biaya operasional kedua emiten itu diperkirakan masih akan besar di tahun 2024. Menurut hitungan Teguh, emiten e-commerce ini baru bisa menutup kerugian sekitar tahun 2025 atau 2026.

“Itu juga baru tertutup kerugiannya dan belum sampai untung,” tuturnya.

Terkait rencana pembelian kembali (buyback) saham GOTO, Teguh melihat hal itu dilakukan untuk menjaga agar harga saham GOTO tidak jatuh ke level Rp 50 per saham.

“Walaupun cara ini juga tidak akan serta merta menaikkan harga saham GOTO jadi tinggi,” ungkapnya.

Teguh pun merekomendasikan beli untuk BUKA, tetapi dengan target harga di bawah harga sekarang, yaitu Rp 100-Rp 120 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×